Oleh: A. Faisal Marzuki
J
|
udul
buku “Good
Morning, Mr. Paul” - “Selamat Pagi, Mr. Paul”
adalah sebuah
memoar dari perjalanan hidup seorang relawan muda anggota Peace Corps - Korps
Perdamaian, berasal dari Amerika Serikat. Tugas ini merupakan tantangan dari
Presiden John F. Kennedy bagi warganya untuk mengabdikan diri bagi negaranya melalui jalan
melayani warga dari negara lain, dalam hal ini Indonesia, mulai
tahun 1963 sampai tahun 1965.
Tugas Mr.
Paul adalah
melatih atlet Indonesia untuk dipersiapkan
menghadapi pertandingan Olah Raga Olimpiade
(musim panas) di Tokyo, Jepang tahun 1964.
Ia juga mengajar di
Universitas Sriwidjaja, Palembang, Sumatera Selatan. Ia lakukan
itu semua karena keinginan idealisnya,
namun ia merasa marah dalam menghadapi perlawanan
dan ancaman dari komunis yang
mengobarkan kerusuhan sosial pada waktu itu sebagaimana tercatat dalam sejarah Indonesia. Tahun-tahun dimana pengabdiannya di Indonesia merupakan
tahun-tahun memuncaknya kegiatan Partai Komunis Indonesia – PKI dengan klimaksnya
melakukan coup d’état. Yaitu pengambilan alihan kekuasaan secara paksa dari
pemerintah yang sah.
Pembaca juga akan dapat merasakan dalam buku itu
bagaimana keadaan Mr. Paul ini yang menyambil juga untuk dapat menyesuaikan diri dengan budaya setempat seperti percintaannya, salah tingkahnya, peristiwa yang melucukannya, dan situasi ‘hidup dan mati’ saat ia berjuang untuk memenuhi komitmen kepada Peace
Corps,
dan kepada masyarakat Indonesia, serta kepada
dirinya sendiri.
Mungkin lebih signifikan, buku “Good Morning, Mr. Paul” adalah menuliskan tentang kisah seorang pemuda Amerika dengan pandangan dan
pengalaman dunianya yang terbatas, bahwa dalam pembelajarannya membina
orang jauh lebih penting daripada yang
lain. Bahwa menilai seorang manusia, bahkan seorang atlet, tidak terletak pada kekuatan
fisiknya, melainkan
keberaniannya untuk terus mau berlatih dan belajar untuk maju,
apalagi ketika
menghadapi tantangan latihan yang baru mencapai sedikit kemajuan, karena berat latihan yang
dilakukan, yang dengan itu orang mudah putus asa. Dia
berpandangan, bahwa ada panggilan yang
lebih tinggi, yaitu untuk
melayani orang lain, bukan untuk dilayani dirinya dari orang lain. Itulah keyakinan yang dihayatinya sebagai anggota Peace Corps. □
AFM
Dapat disaksikan pula tayangan video VOA, reuni anggota Peace Corps setelah 50 tahun kemudiannya dengan mengklik https berikut ini: https://youtu.be/bG_kzd_t630
Dapat disaksikan pula tayangan video VOA, reuni anggota Peace Corps setelah 50 tahun kemudiannya dengan mengklik https berikut ini: https://youtu.be/bG_kzd_t630