Thursday, August 18, 2016

Abstraksi Buku Good Morning Mr Paul



 Oleh: A. Faisal Marzuki






J
udul buku “Good Morning, Mr. Paul” - “Selamat Pagi, Mr. Paul adalah sebuah memoar dari perjalanan hidup seorang relawan muda anggota Peace Corps - Korps Perdamaian, berasal dari Amerika Serikat. Tugas ini merupakan tantangan dari Presiden John F. Kennedy bagi warganya untuk mengabdikan diri bagi negaranya melalui jalan melayani warga dari negara lain, dalam hal ini Indonesia, mulai tahun 1963 sampai tahun 1965.

               Tugas Mr. Paul adalah melatih atlet Indonesia untuk dipersiapkan menghadapi pertandingan Olah Raga Olimpiade (musim panas) di Tokyo, Jepang tahun 1964. Ia juga mengajar di Universitas Sriwidjaja, Palembang, Sumatera Selatan. Ia lakukan itu semua karena keinginan idealisnya, namun ia merasa marah dalam menghadapi perlawanan dan ancaman dari komunis yang mengobarkan kerusuhan sosial pada waktu itu sebagaimana tercatat dalam sejarah Indonesia. Tahun-tahun dimana pengabdiannya di Indonesia merupakan tahun-tahun memuncaknya kegiatan Partai Komunis Indonesia – PKI dengan klimaksnya melakukan coup d’état. Yaitu pengambilan alihan kekuasaan secara paksa dari pemerintah yang sah.

Pembaca juga akan dapat merasakan dalam buku itu bagaimana keadaan Mr. Paul ini yang menyambil juga  untuk dapat menyesuaikan diri dengan budaya setempat seperti percintaannya, salah tingkahnya, peristiwa yang melucukannya, dan situasi hidup dan mati saat ia berjuang untuk memenuhi komitmen kepada Peace Corps, dan kepada masyarakat Indonesia, serta kepada dirinya sendiri.

Mungkin lebih signifikan, buku “Good Morning, Mr. Paul adalah menuliskan tentang kisah seorang pemuda Amerika dengan pandangan dan pengalaman dunianya yang terbatas, bahwa dalam pembelajarannya membina orang jauh lebih penting daripada yang lain. Bahwa menilai seorang manusia, bahkan seorang atlet, tidak terletak pada kekuatan fisiknya, melainkan keberaniannya untuk terus mau berlatih dan belajar untuk maju, apalagi ketika menghadapi tantangan latihan yang baru mencapai sedikit kemajuan, karena berat latihan yang dilakukan, yang dengan itu orang mudah putus asa. Dia berpandangan, bahwa ada panggilan yang lebih tinggi, yaitu untuk melayani orang lain, bukan untuk dilayani dirinya dari orang lain. Itulah keyakinan yang dihayatinya sebagai anggota Peace Corps. □ AFM

Dapat disaksikan pula tayangan video VOA, reuni anggota Peace Corps setelah 50 tahun kemudiannya dengan mengklik https berikut ini: https://youtu.be/bG_kzd_t630