Tuesday, September 25, 2018

Siapkan Diri




KATA PENGANTAR PENULIS


JUDUL BUKU: “Siapkan Diri - Panduan Menyiapkan Diri Agar Kelak Menjadi Lansia Yang Sehat Dan Bahagia”.  Penulis: Zulkarnain Tajibnapis. Bedah buku tanggal  22 September 2018, jam 9:00 pagi.


P
ertama-tama, saya ucapkan terima kasih atas kedatangan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu semuanya di sini untuk membicarakan sebuah buku yang saya tulis tentang lanjut usia. Saya juga ucapkan terima kasih kepada Pak Nur Adnan yang telah memprakarsai diskusi tentang lanjut usia.

Terus terang, saya terkejut ketika Pak Nur menilpon saya, minta apakah saya bersedia membicarakan buku saya yang sudah diterbitkan oleh salah satu penerbit mayor di Jakarta: Elex Media Komputindo, bagian dari Kompas Gramedia. Saya katakan terkejut, sebab saya berpikir buku yang saya tulis tentang lanjut usia itu sebetulnya kurang lengkap dan tidak cukup mendalam. Beberapa bagian dalam buku seharusnya perlu diperpanjang. Tetapi iseng-iseng saya tawarkan kepada penerbit Elex Media Komputindo dengan harapan penerbitnya bersedia menerbitkan. Dan Alhamdulillah setelah mereka cek seluruh naskah, saya dapat berita buku saya lolos sesudah diperiksa oleh para editor penerbit.

Perlu saya tambahkan bahwa sebelum diterbitkan oleh penerbit Elex Media Komputindo, buku saya itu sudah diterbitkan oleh Penerbit Mandiri (Self-Publishing, Mer-C Publishing) di Jakarta. Ternyata sesudah saya terima beberapa exemplar, saya merasa kecewa, sebab Penerbit Mandiri itu tidak membuat layout atau tata-letak. Jadi langsung scriptnya dicetak.

Ketika saya tawarkan buku saya kepada penerbit Elex Media Komputindo, saya ganti judulnya, dan saya tambahkan beberapa bagian, termasuk daftar glosarium yang ditempatkan di bagian belakang buku. Indek buku dihapus meski saya sudah tawarkan kepada penerbit.


URAIAN ISI BUKU

S
ebagaimana yang saya sebutkan dalam kata pengantar, buku saya ini bukan buku ilmiah atau kedokteran, melainkan sarana pendekatan singkat membahas masalah-masalah yang terkait dengan lanjut usia. Saya ingin menyumbang pikiran dalam mencoba secara deskriptif meletakkan persoalan-persoalan pada proporsi yang seimbang tentang konsep usia tua.


Definisi Seorang Yang Disebut Tua

Buku saya bagi dalam sepuluh bab, antara lain, dikupas tentang bagaimana definisi seorang yang disebut tua. Di Indonesia, menurut undang-undang No. 13 tahun 1998, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas. Tetapi ketentuan semacam itu berbeda di negara lain. Misalnya, Organisasi Kesehatan (WHO) berkesimpulan bahwa di kontinen Afrika, seorang mulai memasuki usia tua setelah ia mencapai umur 50 tahun. Dan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, secara umum yang dikatakan usia tua adalah 60 tahun plus.

Barangkali sepintas lalu, tidaklah perlu kita terlalu memfokuskan pada ketentuan di atas sebab sering kita dengar orang mengatakan bahwa sebetulnya umur itu hanya mengacu pada sesuatu angka atau bilangan. Novelis Amerika Mark Twain pernah mengatakan bahwa “age is an issue of mind over matter. If you don’t mind, it doesn’t matter.  Jadi yang dimaksud oleh pengarang Amerika itu adalah bahwa usia itu sebetulnya hanya tergambar dalam pikiran saja. Yang penting adalah bagaimana sikap atau perasaan diri kita sendiri, artinya apakah kita memang merasa tua atau kita ingin tetap berjiwa muda. Ingatlah ucapan yang sering kita dengar: “you are as young as you feel.”

Dalam buku, juga disinggung tentang cara mengukur usia, teori-teori bagaimana setiap orang menjadi tua dan dampak proses menua.  Begitu juga apakah seorang bisa mencapai usia 100 tahun. Berkat pengetahuan yang diperoleh, para dokter dan pakar kesehatan dan riset berupaya untuk membantu meningkatkan kesehatan dengan harapan agar proses menua bisa diperlambat.


Apakah Dengan Proses Menua Itu Kita Merasa Khawatir, Cemas Dan Gelisah?  

Saya paparkan juga tentang cara-cara atau upaya agar tidak merasa khawatir, cemas atau gelisah yang bisa memunculkan tingkah laku yang negatif. Jadi sebaiknya kita tanamkan benih-benih pandangan positif dan optimis. Hal ini penting, sebab tubuh kita yang meningkat tua itu, mudah terserang berbagai penyakit.

Reaksi fisik dan mental seorang lanjut usia menjadi lambat. Hal ini lumrah karena dalam tubuh seseorang memasuki lanjut usia itu, terjadi yang disebut proses menjadi tua, artinya secara berangsung-angsur, kesehatan dan fungsi tubuh menurun disebabkan oleh kerusakan sel-sel dalam tubuh yang tidak lagi dapat tumbuh berkembang dan mereproduksi.   Saya kutip pernyataan dokter Richard Flanigan yang disebutnya “sepuluh ancaman” yang dihadapi oleh seorang lanjut usia, antara lain: penyakit jantung, kanker, stroke, paru-paru, kecelakaan, diabetes, influensa dan pneumonia, alzheimer, penyakit ginjal dan septicemia, yaitu infeksi bakteri yan dimulai di suatu bagian tubuh, kemudian memasuki jalan darah dan kemudian menyebar ke organ-organ yang lain dalam tubuh.  Juga saya sebutkan penyakit yang kita kenal semua, misalnya arthritis, gout, hipertensi dan depresi. Dalam buku, saya juga singgung tentang pengobatan alternatif misalnya, pengobatan tradisional Cina yang populer, akupuntur. Juga chiropractic.


Bagaimana Hidup Sehat, Bahagia dan Panjang Umur?

Bab lima, yang saya anggap merupakan tema buku, berisi anjuran bagaimana hidup sehat, bahagia dan panjang umur. Memang, seperti kata orang, “it is easier said and done.”  Jadi lebih mudah mengatakannya daripada melakukannya. Tetapi meskipun demikian, harus ada upaya dan komitmen untuk melakukanya.  Cara atau  pola untuk hidup sehat, bahagia dan panjang umur itu antara lain:

Makanan Sehat. Jelas makanan yang kita makan itu penting untuk kesehatan. Hippocrates, dokter yang disebut sebagai Bapak Ilmu Kedokteran Barat, menaruh kepercayaan bahwa alam memilik kekuatan untuk menyembuhkan tubuh.

  • Minum air secukupnya

Pengarang Mark Fenton menyebut air “the elixir of life atau obat serbaguna untuk hidup. Manfaat air antara lain membantu pencernaan dan penyerapan melalui dinding usus yang penting dalam pembuangan sisa metabolism. Air juga disebut sebagai penelan nafsu makan  sebab air itu dapat membantu rasa kenyang.

  • Perbanyaklah makan sayur-sayuran dan buah-buahan

Makanan serat tinggi, biji-bijian, kacang-kacangan. Makan makanan yang mengandung serat tinggi membantu mengurangi risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan tingkat kolesterol.
  
  • Olahraga

Bagi seorang lanjut usia yang ingin tetap sehat, berolahraga adalah salah satu komponen penting bagi kesehatan. Manfaat olahraga antara ini adalah keseimbangan badan lebih baik, sehingga lebih kecil risiko untuk jatuh. Kadar gula darah lebih mudah dikontrol.

  • Cukup tidur

Dari pengalaman sehari-hari, kita tahu ada bermacam-macan sebab mengapa kita menemui kesulitan untuk bisa tidur, misalnya terlalu banyak memikirkan perosalan yang rumit, menderita kesusahan batin atau finansial atau sedang dalam perjalanan. Dan apabila kita tidak cukup tidur, itu akan berpengaruh terhadap fisik dan mental. Jika kita mengalami kurang tidur dalam jangka waktu yang cukup lama, maka keadaan demikian itu disebut insomnia.

  • Melatih otak

Kita tahu bahwa otak manusia terdiri dari dua belahan, yaitu belahan kiri dan belahan kanan. Menurut konsep ilmu kedokteran, belahan otak yang sebelah kanan terkait dengan kreativitas dan emosi, sedangkan belahan sebelah kiri merupakan pusat berpikir rasional dan logis. Usahakan mencari kegiatan sehaari-hari yang mengharuskan otak atau pikiran kita untuk mencari solusi. Misalnya, main cantur, mengerjakan teka-teki silang atau mengerjakan sesuatu di mana anda Anda harus menghitung dengan angka. Akhir-akhir ini, beberapa pengamat menganjurkan agar kita menyediakan waktu untuk mengikuti program-program televisi yang biasa kita kenal sebagai talk-show. Begitu juga kegiatan membaca, menulis dan mengarang. Aktif menggunakan komputer. Mengambil pelajaran, seperti bahasa dan musik. Jadi usahakan agar fisik dan mental terus terlatih.

  • Berpandangan positif dan optimis

Seorang ahli nutrisi, Elizabeth Somer, menulis mengapa sikap atau pandangan yang optimis dalam hidup membawa manfaat bagi kesehatan. Mengutip kata-katanya: “Mereka yang mengontrol kesehatan tubuh, mengikuti aturan makanan yang sehat, dan berolahraga, lebih jarang menderita sesuatu penyakit. Mereka yang bersikap pesimis cenderung untuk tidak mempraktekan kebiasaan atau tingkat laku hidup yang sehat dan itu menimbulkan akibat terhadap kesehatan. Selanjutnya ahli nutrisi itu menulis: “Mereka yang khawatir, resah atau merasa depresi akan berdampak terhadap jantung, menekan sistem kekebalan  dan mengubah zat kimia dalam darah dan otak. Sebaliknya, bersikap positif, memiliki harapan, riang hati dan tenang pikiran, membantu orang-orang yang sehat menjaga kesehatan mereka.

Ahli nutrisi Elizabeth Somer menawarkan resep hidup bagaimana kita berusaha berperilaku yang membantu menjaga kesehatan fisik dan jiwa, yaitu berupaya membuat hati girang dan tertawa.  Saya kutip kata-katanya: “Hati girang dan tertawa itu bisa menghilangkan tensi dan stres, dan menstimuliasi sistem kekebalan tubuh, jadi meningkatkan kekuatan tubuh untuk melawan penyakit. Jika kita tertawa, maka itu bisa memperlancar peredaran darah dan pernapasan, membantu mengalirkan oksigen ke otak dan otot-otot tubuh. Tertawa mendorong pelepasan endorfin dalam otak, Endorfin adalah zat kimia yang membawa perasaan nyaman dan gembira. Dokter Robert Butler menamakan tertawa itu sebagai the best medicine.

  • Bermeditasi

Bermeditasi itu membantu penyembuhan karena efeknya yang kuat membuat tubuh menjadi tenang, misalnya menghadapi stres. Bermeditasi memperlambat denjut jantung, menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah ke otak, dan menyeimbangkan pola gelombang otak.

  • Memaafkan dan Bersyukur

Menurut studi yang dilakukan oleh Universitas California, mereka yang suka bersikap memaafkan (forgiveness) dan bersyukur (gratitude) bisa terhindar dari dampak emosi yang buruk dan merugikan kesehatan. Sebaliknya, mereka yang suka marah, mengeluh, dendam atau selalu merasa kecewa, akan menderita dari segi kesehatan, baik fisik maupun emosi.

  • Buanglah rasa khawatir

Seorang pakar dari Universitas Cornell, Karl Pillemer, menganjurkan yang disebutnya lima pelajaran bagi lanjut usia, yaitu: Menjadi tua adalah lebih baik dari pada yang Anda sangka, sebab itu adalah waktu yang membuka kesempatan untuk melakukan sesuatu kegiatan, terutama yang sudah lama ingin dilakukan, misalnya melakukan sesuatu hobi seperti berkebun, membaca buku atau menulis.

Kerjakan sekarang segala sesuatu yang Anda inginkan. Meskipun menyadari bahwa kehidupan di dunia ini bersfiat temporar, namun pergunakanlah sebaik-baiknya waktu terulang yang ada.

Janganlah Anda merasa khawatir tentang kematian, meskipun ajal akan datang pada suatu waktu dan tempat yang ditentukan sepenuhnya oleh Sang Pencipta. Sering kita dengar orang berkata: “enjoy life while you can.” Tetapkan Anda berkomunikasi, berinteraksi dengan teman-teman, mendatangkan ikatan batin atau emotial attachment.

  • Buatlah rencana tentang di mana Anda akan tinggal

Ini terkait dengan pilihan Anda akan tinggal sesudah pensiun. Ada yang tetap ingin tinggal di rumah atau kota yang sama, karena beberapa faktor, misalnya sudah kenal dengan kondisi atau keadaan kota. Namun, ada juga yang ingin mencoba lingkungan baru, berganti suasana atau pemandangan. Dokter Pallemer mengatakan bagi seorang lanjut usia: “terimalah proses menua itu, dan sesuaikanlah kegiatan-kegiatan yang kita lakukan dengan kemampuan fisik kita yang mengalami perubahan dan situasinya.”

  • Vitamin sebagai makanan tambahan

Vitamin sebagai suplemen juga dibicarakan dalam buku. Fakta bahwa vitamin sebagai suplemen untuk memenuhi kebutuhan nutrisi itu adalah penting dan berfaedah, memang tidaklah disangkal. Namun, timbul pertanyaan-pertanyaan yang wajib kita ketahui, misalnya, apakah perlu bagi seorang lanjut usia mengambil vitamin sebagai suplemen? Vitamin apa yang harus diambil dan seberapa dosis vitamin yang harus diambil?

Dokter Michael Roizen seorang internis, memberikan pandangannya sbb: “Bagi dokter-dokter, salah satu aspek yang membuat kita merasa frustrasi mengenai berbagai macam vitamin dan suplemen adalah bukan karena vitamin itu tidak berguna. Tetapi kita tidak tahu apakah vitamin itu benar-benar memang bermanfaat untuk dikonsumsi. Dengan pengecualian beberapa vitamin yang esensial, misalnya kalsium, informasi yang ada pada kita adalah terbatas mengenai peranan dan dosis optimum dari sebagian suplemen. Dokter Roizen menambahkan  bahwa pada umumnya jika kita mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi yang cukup dan sehat, maka kita akan mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan. Namun hal demikian tidak selalu bisa dilaksanakan, sebab kebanyakan di antara kita sibuk dengan kegiatan sehari-hari. Oleh sebab itu, tidaklah mudah bagi kita untuk bisa selalu dapat makan makanan yang kaya akan nutrisi. Jadi dianjurkan agar mengambil multi-vitamin setiap hari.

Saya kutip seorang dokter Indonesia yang berpraktek di negara bagian Connecticut, Dr. Richard Siahaan. Dokter Siahaan mengatakan bahwa jika seorang sudah cukup mendapatkan vitamin dan protein yang esensial dari makanan yang dikonsumsi setiap hari, seperti buah-buahan, sayur, telur, daging, maka tidak perlu mengambil vitamin. Pada hakaketnya, jiga seorang lanjut usia berkeinginan mengkonnsumsi vitamin sesudah konsultasi dengan dokternya, maka baik kiranya menuruti nasihat dokter itu.


PENUTUP

B
ab terakhir buku mengupas tentang kenaikan penduduk lanjut usia. Ini saya anggap sangat penting, sebab bertambahnya jumlah segmen penduduk lanjut usia akan mendatangkan dampak yang cukup signifikan dan merupakan tantangan bagi pemerintah.

Perubahan demografi ke arah bertambahnya jumlah orang lanjut usia tidak hanya terjadi semata-mata di negara-negera industri. Seorang pakar menyebut  hal ini adalah suatu fenomena global, dan akan mendatangkan dampak ekonomi dan sosial yang harus dihadapi, ditangani dan dicari solusinya. Misalnya, bagaimana dengan kelompok tenaga kerja dengan berkurangnya tenaga kerja muda, dan makin meningkatnya orang pensiun karena menginjak lanjut usia.  Bagaimana pemerintah negara-negara di dunia akan harus mengambil tindakan untuk mengakomodasi dan memenuhi kebutuhan orang-orang lanjut usia. Dan juga bagaimana sikap dan pandangan golongan penduduk usia muda terhadap situasi yang melahirkan perubahan-perubahan dalam masyarakat.

Ditinjau dari segi ekonomi, penduduk lanjut usia dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan kehidupan masa tua itu tidak lagi memberi manfat, bahkan merupakan beban bagi masyarakat.

Saya ambil contoh negara Cina. Berbeda dengan negara-negara lain, selama beberapa tahun Cina, memberlakukan larangan bagi warganya untuk mempunyai lebih dari satu anak. Kebijakan pemerintah Cina yang dianut lebih dari 30 tahun yang memperkenankan setiap keluarga mempunyai hanya satu anak, ternyata mendatangkan akibat yang tidak diinginkan, antara lain: makin menciutnya jumlah orang-orang usia muda dalam tenaga kerja sehingga menimbulkan vakum dalam sumber-sumber daya negara. Oleh sebab itu, pada tahun 2015, Cina mengubah kebijakan satu anak dan membolehkan suami-istri di negara itu untuk mempunyai dua anak.

Sebetulnya, dalam buku ini saya sudah merencanakan untuk membuat bagian khusus yang menyangkut tentang Indonesia, dan mencoba mencari pakar-pakar tentang kependudukan yang bersedia untuk mengupas tentang pertambahan penduduk usia lanjut di Indonesia. Sayang sekali, saya tidak berhasil mendapatkan pakar-pakar demikian, sehingga bagian khusus yang menyangkut tentang bertambahnya penduduk usia lanjut di Indonesia, terpaksa saya batalkan. Menurut apa yang saya baca, di Indonesia, pada 2015, berdasarkan data dari Badan Pusat  Statistik , jumlah populasi lansia di Indonesia mencapai 25,48 juta jiwa atau 8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia, dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa. Perserikatan Bangsa-Bangsa memprediksi pada 2050 Indonesia akan masuk dalam daftar 10 negara dengan jumlah orang lanjut usia yang besar jumlahnya.


Beberapa Komentar Dalam Menyikapi Hari Tua

B
uku saya tutup dengan komentar beberapa teman yang menyikapi hari tua.  Bagaimana perasaan menjadi orang  tua sebagi berikut.

  • Irene dan Jerry Cain, mantan karyawati dan karyawan  Departemen Keuangan Amerika di Washington DC mengatakan:

“Dengan semakin beranjak tua, kami merasa lebih bijaksana, bertindak lebih sopan, dan menjalani kehidupan saat ini dengan sebaik-baiknya. Kami semakin merasa bersyukur, terutama bagi teman-teman, keluarga dan kebebasan. Perasaan mencintai lebih mendalam, apalagi terhadap cucu-cucu. Kami merasakan menemukan kesenangan dan keindahan yang lebih besar di alam, seprti menyaksikan semburan ombak di lautan, dan mengumpulkan kerang laut. Kami berkomuniasi dengan banyak orang, melakukan kegiatan-kegiatan baru seperti berkebun dan mencoba resep-resep baru. Kami juga menemukan spiritualitas dan kedamaian di hati. Kami pilih makanan yang sehat, lebih banyak tidur, tidak lagi terlalu merasa khawatir, berjalan di alam bebas, menggapai langit, membayangkan segala sesuatu akan terjadi, selalu berfikir muda, positif dan sadar bahwa tulang-tulang tubuh menjadi lemah. Kami sadar untuk menikmati segala sesuatu sebelum usia bertambah tua.

Meskipun demikian, kami belum ingin melepaskan kegiatan-kegiatan yang sudah lama kami lakukan, misalnya berjalan kaki. Memang sebagai seorang lanjut usia, jika cedera di lutut, maka diperlukan waktu lebih lama untuk sembuh, dan hal seperti itu mencegah kami untuk melakukan kegiatan yang kami gemari, yaitu lari. Oleh sebab itu, kami perlu melakukan kegiatan alternatif, seperti berenang atau bersepeda. Dari segi mental, kami merasa sehat. Sebagai usia lanjut, kita hendaknya senantiasa siap untuk menghadapi segala sesuatu yang baru.

Saran terbaik dari kami untuk para senior (lanjut usia) adalah hidup sederhana, nikmati hidup Anda setiap hari, dan hiduplah di saat yang ada sekarang ini.”

  • Kim Qui Do, DDS (Doctor of Dental Surgery), Arlington, Virginia mengatakan:

“Hidup ini penuh dengan perjuangan dan pergulatan sengit yang harus dihadapi. Bagaimana Anda mengatasi stress dalam hidup adalah menentukan apakah Anda bahagia atau puas dalam kehidupan Anda. Janganlah Anda merasa merasa khawatir tentang setiap aspek kehidupan sehari-hari. Periksalah aspek kehidupan mana yang tidak dapat Anda kendalikan, dan biarkanlah segi kehidupan yang demikian itu berlalu.

Bertindaklah sebaik-baiknya menghadapi segi kehidupan yang dapat Anda kendalikan, dan janganlah selalu menyesal apabila Anda membuat keputusan yang salah. Hidup ini terus berjalan. Live and Let Live, artinya: Setiap orang berhak hidup menurut caranya sendiri, tidak peduli bagaimanapun atau apapun orang lain mengkin menyatakannya.”

  • Abdul Nur Adnan, mantan karyawan Suara America (VOA) di Washinton DC mengatakan:

“Masa Lansia adalah masa kita berkuasa penuh terhadap diri kita sendiri. Kita menentukan sendiri apa yang harus kita kerjakan dan yang tidak ingin kita kerjakan. Salah satu kebaikan yang sebaiknya kita kerjakan adalah meninggalkan untuk anak cucu kita catatan mengenai diri kita, seperti menulis otobiografi untuk keluarga. Syukur-syukur publik merasa perlu membaca.”

  • Komentar Ahmad Faisal Marzuki Dalam Menyikapi Hari Tua

 Sumber: Google

Ahmad Faisal Marzuki adalah seorang mantan karyawan dan usahawan yang tinggal di kawasan Gaithersburg, negara bagian Maryland. Pak Faisal sangat aktif meski dalam usia lanjut, sebagaimana dikisahkannya sebagai berikut:

“Bagi saya, hidup mulai di hari tua. Kenapa demikian? - Sebetulnya boleh dibilang tepat, boleh juga tidak. Tepat, karena apa yang tidak terpikirkan di hari tua ini dapat. Karena cukup waktu, dan ini saya gunakan.

Ketika sebelum pensiun pikiran hanya bagaimana mendapat rezeki untuk menghidupi 3 orang anak, diri sendiri dan istri dan sedikit-sedikit membantu keluarga besar lainnya di Indonesia. Apalagi ketika tinggal di Indonesia, single income. Biaya sekolah besar, karena 3 anak di sekolah swasta. Berangkat kerja dari rumah jam 7:30 pagi, sampai di rumah sering jam 10 malam. Maklum kerja di swasta. Apalagi di Indonesia, hari kerja 6 hari sepekan, ketika itu.

Ketika tinggal dan menetap di Amerika, mulai tahun 1989 bersama keluarga, mula-mula boleh dibilang cukup santai, karena istri kerja juga – double income. Kerja hanya 5 hari sepekan. Ada waktu untuk ikut aktif dalam kegiatan masyarakat Indonesia. Biaya iuran sekolah tidak ada. Buku teks (wajib) semua disediakan sekolah, kecuali buku catatan dan alat tulis menjadi tanggung jawab murid – dalam hal ini orang tua. Sekolah menyediakan bus antar jemput - pergi dan pulang, tidak dipungut bayaran. Makan siang (lunch) biayanya tidak mahal, bahkan sangat murah. Karena itu, tidak banyak mengeluarkan uang, apalagi tidak perlu pakaian seragam yang menambah beban orang tua.

Tetapi itu tidak lama, begitu anak masuk perguruan tinggi – college, disini orang tua keteter. Mula-mula anak pertama, 4 tahun kemudian anak kedua, dan 5 tahun berikutnya anak ketiga. Mulai disini saya bekerja selama 10 tahun, sering kali 7 hari sepekan. Sering kali pua double shift untuk 2 atau 3 kali dalam sepekan, tergantung berapa yang dibutuhkan anak dalam menyelesaikan pelajaran di college.

Kalau orang Amerika bilang no life, tapi saya tak peduli. Life saya sebagai orang tua, membekali pengetahuan anak sebaik mungkin. Kelak, setelah itu dapat pekerjaan, pendapatannya akan melebihi dari generasi pertama. Demikianlah hidup di Amerika. Mulai saat itu tidak begitu banyak aktif berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat, “no life”, kecuali kerja. Sesekali menulis, waktu itu hanya internet (belum ada blog, facebook dll). Dan sesekali di bulletin Mushola KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) dan majalah Darma Wanita KBRI.

Di tahun 2010, anak saya yang bungsu akan mengambil S-2, ia menyatakan, “Papa (mereka memanggil saya seperti itu), Dinda (nama panggilan dirinya), nggak perlu duit papa lagi. Saya dapat kerja di Kampus”. “Alhamdulillah”, saya berucap.

Dua pekan kemudian saya urus pensiun saya, dan 10 hari kemudian, SK pensiun saya keluar dan sebulan kemudian, saya terima pensiunnya. Dan saat itu saya tidak bekerja lagi untuk mendapatkan gaji, kecuali gaji dari pensiun. Pensiunnya tidak besar, tapi untuk berdua hidup dengan istri saya, sudah cukup. Dana pensiun ini tidak gratis, melainkan dipotong dari gaji saya. Kemudian dipotong untuk dana kesehatan (biaya dokter, rumah sakit dan obat) hari tua saya.

Jadi boleh juga kini saya katakan hidup di mulai hari tua. Saya memulai hidup baru yang sangat berarti (sebenarnya setiap fase kehidupan berarti semuanya). Di hari tua, saya tidak mengalami penyakit post syndrome pekerjaan. Saya tidak uring-uringan mau apa yang dikerjakan dan memikirkan kelebihan-kelebihan yang didapat dalam bekerja seperti dulu sebelum pensiun.

Sekarang ada waktu luang yang cukup untuk bercengkerama dengan anak, mantu dan cucu serta serta dengan teman-teman saya lainnya. Saya cukup aktif bermasyarakat, kecuali musim dingin, banyak di rumah. Saya aktif sekali membaca dan menulis. Saya punya jaringan media sosial fecebook dan blog. Apa yang saya baca, saya pikirkan dan menangkap maksudnya, dan setelah itu menulis. Dan kemudian dimasukkan ke facebook dan blog saya. Menjelang 2 tahun menulis di blog sudah mencapai 200 tulisan, plus 60-an mengisi aneka macam tulisan pendek disertai gambarnya, foto, video sharing di facebook yang dimulai satu setengah tahun yang lalu.

Tema-tema (dalam bentuk imej) tulisan saya dalam Blog antara lain sbb:








Dari membaca dan menulis ini, banyak manfaatnya bagi diri saya sendiri. Karena dari situ banyak menimba apa arti hidup itu sebenarnya. Life is so short di pandang dari tulisan yang menatap kedepan bukan dalam artian abad tapi millennium. “Bukan ambisius”, tapi karena saya senang filsafat, filsafat ketauhidan dalam agama Islam, konsep atau ajaran hubungan dengan Tuhan dan ajaran hubungan dengan manusia dan alam, sejarah, sosilogi, antropologi, humaniora dengan segala hubungan dengan kemanusiaan dalam ideologi, kepercayaan dan agama, meta-sains dalam Al-Qur'an. Semuanya itu menjadikan saya berpandangan jauh kedepan dalam melihat dunia yang semestinya, ditengah kegalauan hidup (berbagai paham ideologi, agama dan konsep hidup bermasyarakat dan bernegara), pertikaian-pertikaian sosial yang dimulai dan diatasi dengan teror dan tindakan militer – bukan dialog dan toleransi. Dengan inilah saya mengisi kehidupan hari tua saya yang cukup aktif, termasuk jalan pagi atau petang di tepi danau (waduk) yang indah, bersih dan sehat, (lihat foto kedua dari atas) dekat atau seberang jalan dari tempat tinggal saya.”

D
emikian sekadar gambaran singkat tentang buku lanjut usia yang saya tulis. Komentar dan masukan-masukan tentang buku lanjut usia yang saya tulis itu sangat saya hargai.

Tentang bahan-bahan yang saya gunakan dalam buku, dapat saya sebutkan bahwa bahan-bahan buku itu berasal dari buku-buku yang saya dapat di perpustakaan Virginia.

Sekali lagi terima kasih saya ucapkan atas kedatangan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu dalam acara bedah buku “Siapkan Diri - Panduan Menyiapkan Diri Agar Kelak Menjadi Lansia Yang Sehat Dan Bahagia”. [Penulis: Zulkarnain Tajibnapis].



Profile Penulis 

Zulkarnain H. Tajibnapis adalah mantan Managing Editor Siaran Bahasa Indonesia Suara Amerika (Voice of America) di Washington D.C.

Semenjak mulai pensiun di tahun 2007 pada usia 70 tahun, Zul, begitu panggilan akrabnya sehari-hari, aktif di bidang penerjemahan dan penulisan buku.

Bekerjasama dengan beberapa teman penerjemah, ia telah menyelesaikan terjemahan, dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, dua buku tentang ajaran Islam: “The 7 Islamic Daily Habits: Hidup Islami dan Modern Berbasis Al-Fatihah,” karya Dr. H. Harjani Hefni, dan “Bahan Renungan Kalbu: Pengantar Mencapai Pencerahan Jiwa”, karya Ir. Permadi Alibasyah.

Zul juga menterjemahkan, “Kumpulan Hadits”, untuk Masyarakat Islam Indonesia-Amerika (Indonesian American Muslim Community) di Houston, Texas. Disamping itu, pensiunan VOA ini telah menerjemahkan sebuah novel berjudul “Spektrum”, karya novelis Keshia Deisra.

Selain buku, Zul menerjemahkan artikel-artikel dalam berbagai bidang seperti agama, ekonomi, hukum, politik, ruang angkasa, perminyakan dan gas, dan lain-lainnya.

Ia menulis pula novelnya yang pertama, “Memoar Seorang Pemimpi”, dan sebuah otobiografi, “Dari Ampenan ke Washington”. Dalam bukunya “Anda Menua? Bersusyukurlah”, Zul membahas tentang konsep lanjut usia dan persoalan-persoalan yang dihadapi yang dihadapi oleh para warga yang sudah menjalani pahit-getir dan manisnya kehidupan di alam yang fana ini. Buku ini diterbitkan oleh Mer-C Publishing (Penerbit Mandiri, self-publishing) di Jakarta. Kemudian buku yang sama  - setelah diedit kembali dan ditambah, diterbitkan oleh Elex Media Komputindo, bagian dari Kompas Gramedia dengan judul buku diubah menjadi: “Siapkan Diri - Panduan Menyiapkan Diri Agar Kelak Menjadi Lansia Yang Sehat Dan Bahagia”.

Pria yang lahir di kota Ampenan (Pulau Lombok) ini, meraih Bachelor of Arts (B.A.) dari George Washington University, dan Master of Arts (M.A.) dari American University.

Zul dan istrinya, Joeli, berdomisili di kawasan Centreville, Virginia, dan mempunyai dua anak, Adrian, dan Ratih dan seorang cucu laki-laki yang bernama Camden Owen Hudson. □