JUDUL BUKU:
Sumbangan
Peradaban Islam Pada Dunia
PENULIS:
Prof.
Dr. Raghib As-Sirjani
PEMBAWA MATERI/PEMBEDAH BUKU:
A.
Faisal Marzuki
PROFIL PEMBEDAH BUKU:
Nama lengkapnya Ahmad Faisal Marzuki, dipanggil
bang Faisal, adalah Co Founder IMAAM (Indonesian Muslim Association in
America), Anggota / Sekretaris IMAAM Advisory Council, Team Bedah Buku IMAAM.
KATA
PENGANTAR
B
|
edah buku Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia
pemaparan aslinya menggunakan bahasa Arab. Judulnya “Madza Qaddamal Muslimun Lil ‘Alam Ishamātu al-Muslimin Fi Al-Hadharah
Al-Insaniyah”, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
judul seperti tersebut di atas Penulisnya,
Prof. Dr. Raghib As-Sirjani, biodata dan profil terlampir.
Selama ini apakah kita
“tidur”? Pun kalau bangun dengan wacana pembahasan yang katakan serius, tapi
baru berkutat dan melingkar-lingkar dalam masalah “furuiyah”, belum mendasar.
Kalaupun mendasar ujung-ujungnya terperangkap ke dalam kubangan pemikiran
peradaban yang bukan worldview Islam
yang sebenarnya.
Sementara peradaban lain yang pandangan hidupnya sama sekali jauh dari pandangan hidup Islami yang sebenarnya, telah merajalela dan menguasai dunia.
Lantas apa artinya kita, umat yang beriman kepada Allah swt, diciptakan sebagai makhluk yang beribadah kepada-Nya dengan peran sebagai “khalifah-khalifah” pemakmur kehidupannya di dunia [QS Hūd 11:61], dimana dunia adalah ladang ibadah sebagai bekal menuju kehidupan di akhirat. Padahal Islam dan umatnya pernah berjaya dengan “Peradaban”nya yang tinggi, mewarnai kehidupan Dunia, ketika Eropah tidur lelap di abad tengah. Baca juga (klik--->) Sejarah Peradaban Islam di Eropah Abad Tengah.
Buku yang berhalaman 823
tambah 32 halaman yang memuat daftar referensi, disarikan oleh
pembedah menjadi 46 halaman yang terdiri dari 13 poin-poin inti yang perlu
diketahui oleh peserta bedah buku dalam memahami buku tersebut, yaitu: ● Motivasi
Penulisan Buku - kenapa sampai perlu menyusun buku tersebut; ● Urgensi Penulisan Buku – sebab apa sampai
perlunya menulis topik tersebut; ● Makna Peradaban – apa makna ideal dari
peradaban itu; ● Makna Praktis Dari Peradaban – penerapan makna ideal peradaban;
● Sebab Lahirnya Peradaban Islam; ● Perkembangan Peradaban Islam; ● Gerakan
Penterjemahan Buku – ilmu yang terdapat dalam buku sebagai sumber blue print membangun peradaban; ● Para Tokoh Ilmuan
Muslim; ● Para Tokoh Sains dan Teknologi Muslim; ● Angka Arab Barat Menjadi Angka Modern
- faktor angka berperan mewujudkan peradaban yang bersifat pisik; ● Islam di
Spanyol (711-1492); ● Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Peradaban Eropa (Barat);
● Penutup serta lampiran biodata dan profil Prof. Dr. Raghib Al-Sirjani.
Untuk itu mari kita
telusuri kajian Islam melalui pendekatan peradaban yang ada dalam buku yang
kita bedah ini, uraian seperti tersebut berikut ini:
MOTIVASI
PENULISAN BUKU
D
|
i antara banyak topik yang selalu menjadi
perhatian penulis buku ini adalah adalah menulis buku dengan topik Peradaban
Islam. Kenapa demikian? Sebab, siapa yang ingin memahami perjalanan sejarah
manusia, niscaya tidak akan dapat mengetahui semuanya itu tanpa mengkaji dan
mendalami peradaban yang ada dalam catatan sejarahnya.
Peradaban Islami - sebagai contoh penting -
dalam hubungan sejarah peradaban, merupakan penyambung peradaban kuno menuju
peradaban modern. Disitu ada sumbangan kaum Muslimin dalam roda perjalanan
sejarah kemanusiaan yang begitu banyak dan signifikan. Mustahil bagi kita bisa
menggapai apa yang dicapai manusia sekarang untuk dapat maju dibidang kehidupan
apapun tanpa mempelajari Peradaban Islam, dengan kekhususannya yang khas, lalu
mendalaminya.
Dapat diketengahkan - lebih awal disini -
gambaran peradaban yang telah dicapai Islam itu sebagaimana yang disampaikan
oleh Carli Fiorina, Chief Executif Officer Hewlett Packard (1999-2005), Hewlett
Packard produsen Industri komputer Amerika. Lahir bulan September tahun 1954, majalah
Fortune menobatkan beliau sebagai wanita peringkat pertama dari Top-20 yang pemimpin
perusahaan. Carli Fiorina mengatakan:
“Para
arsitek yang merancang bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi adalah
mereka para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengan
itu komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Mereka para dokter yang
memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk menyembuhkan penyakit.
Mereka para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan
membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa”, mereka itu adalah para
ilmuan dan penemu Muslim pada zaman kejayaan Islam di abad tengah.
URGENSI
PENULISAN BUKU
U
|
rgensi penulisan buku Peradaban Islam ini oleh Prof.
Dr. Raghib As-Sirjani - yang diangkat dari banyak referensi yang kompeten,
ilmiah, dan di dukung fakta - adalah untuk menolak serangan kasar dan
bertubi-tubi yang ditujukan kepada Islam dan kaum Muslimin, buku ini disusun
pasca 9/11. Konsekwensi dari peristiwa itu mata dunia tertuju semua kepada
Islam dan Umat Muslimin yang giliran selanjutnya mendapat tuduhan yang
menyudutkan. Di antara tuduhan dan serangan masif yang digunakan itu adalah
menuduh kaum Muslimin tanpa dasar kebenaran, yaitu, kekerasan dan terorisme merupakan perilaku
serta sifat kaum Muslimin, perilakunya jumud (kolot, kaku, statis). Tuduhan ini
sangat bertentangan sekali dengan prinsip dan ajaran Islam.
Sementara itu, kebanyakan dari kaum Muslimin yang
di hadapan kepada tuduhan-tuduhan ini hanya mengangkat bahu - lidahnya kelu,
sama sekali tidak sanggup membantah apa yang dituduhkan itu. Tidak mampu menerangkan
dari apa yang dilekatkan kepada dirinya. Semua kebisuan dan ketidak mampuan
menjawabnya - boleh sangat jadi - karena ketidaktahuan asal usul dari Islam dan
sejarahnya. Padahal pokok-pokok ajaran Islam dalam hubungan dengan manusia dan
lingkungan hidup tidak mengajarkan demikian. Ini terbukti dalam sejarah - lihat
sejarah Peradaban Islam.
Fenomena ketidaktahuan ini membelengu akal,
dengan itu dengan rasa “minder” - tidak percaya diri serta keputus-asaan yang
meliputi kebanyakan kaum Muslimin. Semua fakta di segala ruang lingkup
kehidupan umat menjadi terpasung pada zaman ini, sudah tidak diragukan lagi.
Tambah lagi melihat peta perjalanan dunia Islam yang jatuh ke dalam penjajahan
Eropa (Barat) yang berakhir dengan jatuhnya kekhalifahan Turki Utsmani tahun
1924. Keterjajahan ini, mengakibatkan negeri-negeri yang berpenduduk Muslim secara
ekonomi dan politik merupakan hal yang memprihatinkan dan menyedihkan. Kondisi keilmuan,
peradaban, ekonomi bahkan akhlak, sangat jauh berbeda dan tidak sesuai dengan
sifat kaum Muslimin yang semestinya.
Fakta-fakta ini meninggalkan bekas dalam jiwa,
yaitu, rasa pesimis yang menyebabkan tidak dapat menerima identitas dirinya dan
putus asa yang tidak berkesudahan.
Dalam kondisi seperti ini, kita perlu menengok ajaran
Islam, asal-usul, membaca sejarah, dan mengenal sebab-sebab kehebatan serta
kegemilangan kita. Kondisi umat sekarang ini tidak akan menjadi baik, kecuali
dengan melihat kebaikan dari generasi sebelumnya terutama generasi pertama.
Karena itu, kita tidak mempelajari sejarah untuk sekedar memahami peradaban ini
dengan teori belaka, atau sekedar dijadikan teori akademis semata, tapi tujuan
dasarnya adalah mengembalikan bangunan seperti semula. Yaitu, mengentaskan dari
kebingungan, sampai mengembalikan kaum Muslimin menuju jalan yang benar. Untuk
itu - sebagaimana juga tujuan kita - mesti mengetahui ruang lingkup dunia dalam
sejarah perjalanan kemanusiaan dan keunggulan kita dalam kehidupan manusia -
bukan sebagai suatu kebanggaan dan kesombongan - tapi mengembalikan yang hak kepada ahlinya. Tujuan kita juga
adalah berdakwah kepada kebaikan agama yang dibina oleh sebaik-baik umat yang
pernah terlahir di muka bumi ini.
Sir George Bernard Shaw (1856-1950), seorang
dramawan Irlandia, kritikus dan polemik yang pengaruhnya terhadap teater,
budaya dan politik Barat yang berkembang dari tahun 1880 sampai kematiannya,
mengatakan:
“Saya
senantiasa menghormati agama Muhammad, karena potensi yang dimilikinya. Ini
(Islam) adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan
dan merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok pribadi agung
yang jauh dari kesan seorang anti kristus, dia harus dipanggil “sang penyelamat
kemanusiaan”. Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan
tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan
sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia. [The Genuine Islam - Islam yang
Sebenarnya, Vol. 1, No. 8, 1936]
MAKNA
PERADABAN
U
|
ntuk tidak kehilangan arah dalam pembahasan buku
ini, mari kita telusuri dulu apa sebenarnya makna ideal sesungguhnya kata
peradaban ini, terutama peradaban yang diperkenalkan oleh Muslimin di abad
tengah tersebut.
Peradaban menurut definisi orang-orang
terdahulu, hanya melingkupi tempat tinggal. Peradaban menurut mereka adalah
kebalikan dari peradaban Badui yang hidup di lembah gurun padang pasir,
sebagaimana yang ditunjukkan dari arti kata tersebut oleh Ibnu Manzhur
(1232-131) seorang imam ahli bahasa yang lahir di Mesir, dalam suatu
pernyataannya: “Peradaban (hadharah)
terdiri dari adab (hadhar), sedang hadhirah kelompok selain penghuni lembah
(Badui). Setelah itu, makna peradaban berkembang meliputi seluruh kehidupan
manusia dari perkembangan produksi, ilmu pengetahuan, keahlian, adanya hukum
(undang-undang) yang mengatur kehidupan. Yaitu peradaban yang tidak ada dalam
kehidupan masyarakat lembah Badui. Padahal kehidupan akan lebih baik jika
adanya peradaban. Pada masyarakat Badui (yang terbelakang) peradaban bukanlah
suatu kebutuhan primer dilihat dari inti definisi tersebut.
Ibnu Khaldun (1332-1406) ahli filsafat dan
sejarah, penemu ilmu sosiologi (“bapak ahli sosiologi”) kelas dunia, lahir dan
besar di Tunisia, mendefinisikan peradaban sebagai kondisi normal suatu
masyarakat yang memerlukan kebutuhan pokok berupa adanya “pembangunan dalam
suatu masyarakat.”
Sedangkan asal kata peradaban dalam istilah
Eropa (Barat) dikembalikan pada sisi yang tampak secara lahiriah. Kata
peradaban dalam bahasa Inggris adalah civilization,
berasal dari kata Latin “civic” yang
berarti kota atau tempat di kota. Menurut mereka peradaban adalah orang-orang
yang tinggal di kota. Perkembangan definisi lainnya, yakni meliputi situasi
manusia yang terjadi di kota. Jadi antara kata peradaban dan perkotaan (madaniyah) terdapat kesamaan.
Namun, asal kata dari definisi bahasa ini
tidaklah digunakan oleh para pemikir dan ahli filsafat secara global. Bahkan
terdapat banyak pandangan yang saling menjelaskan satu sama lain, tapi menjurus
pada perbedaan dari sudut pandang pemikiran, konsep, akhlak dan akidah.
Diantara para pemikir yang melihat dari diri
manusia itu sendiri, yaitu, apa yang diukir manusia dalam tatacara kehidupannya,
perilakunya dan interaksi antar sesama, itulah peradaban. Tidak diragukan bahwa
pendapat ini merupakan pendapat baik, yaitu menempatkan nilai manusia dan
meninggikannya di atas nilai materi. Mereka memperhatikan segi pemikiran dan
indra rasa secara bersamaan. Di antara mereka adalah Malik bin Nabi
(1905-1973), seorang intelektual Muslim asal Al-Jazair yang hidup di antara kota-kota
Paris, Kairo dan Al-Jazair. Ia menulis buku tentang peradaban dan pergerakan
Islamiyah. Ia mengatakan: “Peradaban adalah pencarian pemikiran dan ruhani
seperti yang tertulis dalam bukunya: “Syuruth
An-Nahdhah, halaman 33.
Sayid Quthub (1906-1966), seorang penulis,
pemikir, pendakwah, sastrawan serta intelektual Muslim. Penulis buku tafsir Fi Zhilalil Qur’an ini menguatkan
definisi yang diberikan Malik bin Nabi, sebagaimana perkataan dalam bukunya Al-Mustaqbal li Hadza Ad-Din, halaman 56:
“Peradaban adalah apa yang diberikan manusia berupa bentuk-bentuk gambaran,
pemahaman, konsep, nilai kebaikan untuk menuntun manusia.”
Sebelum itu, Alexis Carrel (1873-1944) seorang
dokter dan intelektual asal Perancis yang mendapatkan hadiah Nobel bidang
kedokteran tahun 1912 mengatakan: “Peradaban adalah pencarian atau pembahasan
tentang akal dan ruh, ilmu-ilmu yang dipergunakan untuk mencapai kebahagian
manusia, baik secara jiwa maupun akhlak manusia.” sebagaimana tersebut dalam
bukunya “Man the Unknown”, halaman
57.
Ungkapaan Gustave Le Bon (1841-1931) seorang
Orientalis asal Perancis, pendiri sekolah ilmu jiwa dan sosiologi, penulis buku
The Arab Civilization yang menjadi
rujukuan di Eropa, mengatakan: “Peradaban adalah kematangan pemikiran dan
metode dasar serta keyakinan, mengubah perasaan manusia menuju arah yang lebih
baik”, sebagaimana terdapat dalam bukunya “The
Spirit of the People”, halaman 17.
Semua defini diatas menjelaskan seputar
kepedulian manusia akan esensi dirinya, dan ruang lingkup tabiat pemikiran
serta perilakunya.
Diantara para intelektual ada yang
mendefinisikan bahwa peradaban adalah nilai yang dipergunakan manusia untuk
membantu kehidupannya. Namun, mereka tidak melihat esensi manusia seperti
pendapat sebelumnya, tapi melihat apa yang dapat dinilai nanusia dalam
masyarakat. Mereka melihat pada sisi lain dalam bentuk menyeluruh di setiap
bidang. Mereka ini memperhatikan berbagai situasi menurut perhitungan dari sisi
lain, sebagaimana Dr. Husain Mu’nist (1911-1996) seorang dosen sejarah di
Universias Kairo. Bidang tulisannya meliputi sejarah, peradaban Arab, Inggris,
Perancis dan Spanyol, berpendapat bahwa:
“Peradaban
adalah buah atau hasil dari setiap kesungguhan yang dibangun manusia, untuk
memperbaiki keadaan kehidupannya, baik kesungguhan itu menuai hasil untuk
sampai pada buah dari tujuan tersebut maupun tidak. Baik hasil materi maupun
maknawi. Ini dituliskan dalam bukunya: Al-Hadharah,
halaman 13. Ia melihat dengan penglihatan universal pada kesungguhan manusia
dan nilai-nilainya.
Sedang Will Durrant (1885-1981) seorang
sejarawan Amerika terkenal. Karya tulisnya yang popular adalah The Story of Civilization yang terdiri
dari 42 jilid dan memuat sejarah awal mulainya peradaban sejak pertumbuhannya
hingga kini, mengatakan:
“Peradaban
adalah aturan masyarakat yang menentukan manusia atas tambahan nilai
peradabannya dengan empat unsur yaitu ekonomi, politik, keyakinan (akidah) yang
diciptakan, disusul berbagai ilmu dan keahlian sebagaimana yang ia tuliskan
dalam bukunya The Story of Civilization
(I/9).
Dari sisi lain, ada yang melihat peradaban dari
sisi materi semata. Mereka menetapkan peradaban pada perkara yang berhubungan
dengan kemewahan hidup dan memberikan kesenangan pada manusia serta kemudahan.
Mereka tidak melihat sisi peradaban yang ada dibalik kedalaman hati manusia.
Mereka tidak melihat pada keyakinan pemikiran, tidak pula akhlak dan
konsep-konsep. Mereka ini berada dalam dua kelompok pendapat, yaitu, Kelompok
Pertama: Mendewakan materi. Mereka pengagum “Ladaniyah” (tidak beragama, ateis) berpaham Komunis, dan Kapitalis
semata. Kelompok Kedua: Kalangan materialism. Sebagaimana dijelaskan dalam
buku-bukunya, mereka tidak bermaksud meminimalkan peran akhlak (moral), tapi
menetapkan peradaban menurut apa yang tampak semata, tak ada kaitannya sama
sekali dengan perilaku manusia.
Sebagaimana uraian panjang lebar dari banyak
definisi tentang peradaban seperti uraian diatas, menunjukkan bahwa pengertian
peradaban bukan sesuatu yang disepakati di antara para pemikir dan intelektual.
Difinisi ini dikembalikan kepada kalimat baru yang muncul kemudian. Definisi
ini juga membawa makna berbeda-beda bagi setiap pemikir. Hal ini disebabkan
karena merujuk pada perbedaan konsep dan ideologi pada setiap lembaga
pendidikan pemikiran manusia. Setiap definisi saling bertentangan atau kadang
saling melengkapi.
Peradaban menurut penulis buku “Sumbangan
Peradaban Islam Pada Dunia” sebagaimana yang ia tuliskan:
Peradaban
adalah kekuatan manusia untuk mendirikan hubungan yang seimbang dengan
Tuhannya, dengan manusia yang hidup bersama mereka, dengan lingkungan pertumbuhan,
dan perkembangan. Mana kala jalinan ini semakin bertambah erat, peradaban itu
makin cemerlang dan menakjubkan. Sebaliknya, hubungan itu tidak erat, maka
hubungannya menjadi lemah, sehingga manusia menjadi makhluk ciptaan yang patut
diwaspadai.
Peradaban
itu merupakan hasil interaksi antara manusia dan Tuhannya dari satu sudut, juga
interaksi antara sesama manusia dengan segala perbedaan derajat dan sifat
mereka dari sudut lainnya, interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya. Jadi,
definisi peradaban terjalin dalam tiga interaksi hubungan tersebut agar menjadi
seimbang, yaitu: Manusia, Tuhan, dan alam sekitarnya.
Dari definisi ini dapat dipahami, terdapat
sekumpulan peradaban dalam satu sisi, bahkan telah menjadi suatu nilai adab
dalam sisi tersebut. Mana kala ada penyimpangan keras, maka akan menyimpang
pula sisi peradaban lainnya.
Manusia yang sanggup mengendalikan benda
sekitarnya, niscaya mendapat ketenangan, memberikan kepuasan, sehingga
menciptakan alat, menemukan peraalatan, mengembangkan temuan, menggunakan
temuan itu dengan baik tanpa tanpa harus menodai unsur lingkungan seperti
pencemaran dang pengrusakan lingkungan hidup. Itulah manusia yang berperadaban
dalam menjalin tiga pihak sebagaimana telah kami sebutkan dalam definisi
tentang peradaban.
Dari sisi lain, ada yang berbuat baik kepada
anak-anak, orang tua, istri dan tetangga, serta berinteraksi dengan mereka
dalam ruang lingkup akhlak yang tinggi dan nilai-nilai luhur. Itulah manusia
yang berperadaban dalam ruang lingkup ini. Namun dia dianggap berbuat buruk (tidak
berperadaban) jika interaksinya dengan lingkungan sekitarnya seperti khewan, tanaman, sungai dan tanah serta udara,
seperti, menyakiti khewan, merusak pepohonan, mengotori sungai dengan membuang
sampah dan limbah berbahaya, merusak tanah akibat penambangan yang tidak
semestinya, mengotori udara dengan menebarkan polusi dan merusak lapisan ozon
dan seterusnya.
Bahkan, kadang ia beradab dalam salah satu mata
rantai, tapi menyimpang di salah satu dari tiga rantai hubungan lainnya.
Manusia berbuat baik kepada keluarga, masyarakat, umat, sebagai manusia yang
beradab, tapi ia berbuat buruk kepada mayarakat atau bangsa lain. Dia tidak
berbuat adil sebagaimana dia berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat
bangsanya. Tidak menyampaikan rahmat kasih sayang kepada mereka sebagaimana
yang dia perbuat kepada umatnya. Maka, dalam keadaan ini telah menyimpang.
Sebesar itu kedzalimannya, sebesar itu penyimpangannya. Sebesar itu
pengrusakannya, sebesar itu pula akibatnya.
Manusia yang menciptakan senjata akan menjadi
manusia beradab jika senjata itu digunakan untuk membela, menetapkan yang hak
dan keadilan, memenuhi hak kemerdekaan dan kebaikan. Namun, jika ia menciptakan
senjata untuk berbuat zhalim dan memerangi orang atau bangsa lain tanpa alasan
dan komunikasi terlebih dahulu, maka dia manusia yang menyimpang, meskipun ia
telah sampai pada nilai-nilai yang begitu tinggi dalam menciptakan temuan dan
keahliannya.
Disamping itu mengkonsumsi yang merusak raga dan
keselamatan manusia seperti candu, minuman keras. Membudayakan perjudian,
prostitusi, riba, kekejian dan kefasikan yang mana hal itu tidaklah
mungkin disebut peradaban. Orang yang menyimpang secara culas atau berbuat
kezaliman terhadap sesuatu bangsa yang lemah, dan membiarkan kemiskinan merajalela,
semuanya itu bukan termasuk peradaban.
Kemudian dilihat dari orang-orang yang
menyimpang dari hubungan dengan Tuhan, maka tidaklah mungkin
secara nyata orang yang mengingkari Tuhan disebut berperadaban, dengan adanya
bukti otentik yang tak terbantahkan atas keberadaan dan kekuasaan serta
kekuatan-Nya. Tidak mungkin pula dapat diterima bahwa yang bersujud kepada
manusia, batu atau sapi merupakan peradaban. Semua ini, bukan berarti bahwa
kami mengingkari mereka sebagai orang yang berperadaban dari sisi kehidupan
lain, seperti menciptakan aturan yang bermanfaat, memproduksi peralatan pertanian yang memudahkan orang bekerja,
mendirikan sekolah yang tidak memungut bayaran dan sebagainya.
Dengan gambaran contoh-contoh diatas, dapatlah
kami katakan - tanpa bermaksud diskriminatif dan fanatik, bahwa Peradaban Islam
merupakan satu-satunya peradaban di dunia yang memenuhi keunggulan dalam
menjalin tiga interaksi komponen hubungan Tuhan-sesama manusia-alam sekitar.
Yaitu, peradaban yang memiliki bentuk gambaran sempurna tentang adanya Sang
Pencipta, memahamkan bagaimana melaksanakan sebenar-benarnya beribadah
kepadah-Nya. Berinteraksi dengan akhlak yang baik dengan keluarga, tetangga, lingkungan
kerja, komunitas, kemudian interaksi yang baik kepada mereka yang ajaran tidak
sama dan bertolak belakang dengan yang kita yakini. Bahkan, Islamlah yang
mula-mula menetapkan akhlak berperang kepada manusia. Dilarang merusak tanaman
dan pohon-pohon, membunuh anak kecil, perempuan dan orang tua. Mereka yang
telah menyerah tidak boleh dibunuh. Meskipun kaum Muslimin dalam keadaan
berperang, kerasnya pertentangan dengan pihak lain, tapi mereka tetap
memelihara kulurusan akhlak, bermuamalah dan berperadaban sebagaimana mereka
bersikap terhadap kaum Muslimin.
Selanjutnya Islamlah yang telah memperlihatkan
seorang wanita masuk neraka gara-gara seokar kucing peliharaannya tidak
diperlakukan dengan baik. [1] Begitu pula diperlihatkan seorang masuk surga
gara-gara memberi minum seekor anjing yang sangat kehausan. [2] Dalam satu
riwayat lain, seortang fasik yang memberi minum anjing yang hampir mati
kehausan mengelilinginya untuk diberi minum. [3] Di sisi lain, peradaban Islam
juga memberikan sumbangsih secara langsung dalam kemajuan berbagai bidang ilmu
bagi kemajuan peradaban manusia seperti kedokteran, arsitektur, astronomi,
kimia, fisika, geografi, matematika, aljabar, algoritma, obat-obatan, dan sebagainya.
Peradaban Islam dengan pola pandang seperti itu,
merupakan satu-satunya peradaban yang manakjubkan pada setiap sisi hubungan
kehidupan manusia, lingkungan alam dan Sang Mahapenciptanya. Sedangkan peradaban
lainnya selalu terdapat kukurangan. Baik dari satu sisi, tapi timpang disisi
lainnya, begitu seterusnya. Dari sini, kami dapat memahami firman Allah Ta’ala:
“Kalian sebaik-baiknya umat yang dilahirkan untuk manusia…” [QS Āli ‘Imrān
3:110]
Dalam tulisan Prof.
Dr. Faisal Ismail, M.A., guru besar Universitas Islam Negeri Yogyakarta; Guru
Besar Pascasarjana FIAI UII Yogyakarta, dalam tulisan beliau yang bertema: Peradaban Islam di Tengah
Pergeseran Peradaban Dunia, menuliskan:
Menurut Toynbee, Schurbart, Berdyaev,
dan Sorokin, peradaban baru yang akan muncul bercorak "keagamaan yang
ideal" (religiously ideational).
Dalam pengamatan Northop, peradaban yang akan datang berbasis "persenyawaan
yang selaras antara estetika-teoritika" (integral as harmonius of the aesthetic-theoritic).
Atau peradaban yang bertumpu pada "kesukarelaan etika dan rasional" (voluntaristically ethical and rational)
sebagaimana diprediksi Albert Schweitzer.
Adapun Fulton Sheen menamakan peradaban yang akan datang itu berorientasi pada "keagamaan dan Ketuhanan yang murni" (purely religious and theistic).
Adapun Fulton Sheen menamakan peradaban yang akan datang itu berorientasi pada "keagamaan dan Ketuhanan yang murni" (purely religious and theistic).
MAKNA PRAKTIS DARI PERADABAN
S
|
etelah memperhatikan
hal-hal tersebut diatas, maka, makna praktis dari peradaban sebagai berikut: 1.
Persamaan yang lebih luas dari istilah budaya; 2. Untuk memperlihatkan
keunggulan dari kelompok tertentu; 3. Perbaikan pemikiran atau cara pandang,
tata krama, atau rasa; 4. Tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya - peradaban
global; 5. Upaya manusia untuk memakmurkan bangsa dan kehidupannya; 6. Membangun,
mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan; 7. Motivasi (atau di
motivasi) dari Worldview mereka dalam
membangun peradaban.
Faktor dalam
sebuah peradaban setidaknya akan dilepaskan dari 4 faktor yang menjadi tonggak
berdirinya sebuah peradaban, yaitu: 1. Adanya sistim Pemerintahan; 2. Adanya
sistim Ekonomi; 3. Adanya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 4. Adanya sistim
Pandangan Hidup yang integral.
Wujud dari peradaban adalah berkembangnya ilmu
pengetahuan seperti fisika, kimia, matematika, algoritma, aljabar, biologi,
astronomi, optic, kedokteran, kosmologi, teknologi, arsitektur, sosiologi,
psikologi, ekonomi dst. Namun ilmu pengetahuan tidak mungkin hidup tanpa adanya
komunitas yang aktif mengembangkannya, artinya tergantung dari kebiasaan dan
pandangan hidupnya.
Peradaban timbul
dimulai dari suatu ‘komunitas kecil’ dan ketika komunitas itu membesar maka
akan lahir peradaban. Komunitas itu biasanya muncul di perkotaan atau bahkan
membentuk suatu kota. Dari kota itulah akan terbentuk masyarakat yang memiliki
berbagai kegiatan kehidupan yang daripadanya timbul suatu sistem kemasyarakatan
dan akhirnya lahirlah suatu Negara, sebagaimana Yatsrib menjadi kota Madinatur
Rasul yang kemudian disebut Madinah yang maju karena berperadaban. Tanda-tanda
lahir dan hidupnya suatu peradaban di
antaranya adalah berkembanganya teknologi, kegiatan ekonomi, pendidikan, berakhlakiyah
- patuh dengan peraturan dan hukum.
SEBAB LAHIRNYA PERADABAN ISLAM
K
|
hususnya dalam peradaban Islam lahir oleh
pandangan hidup atau worldviewnya. Hal inilah yang mendorong peradaban Islam
lebih maju ketimbang peradaban-peradaban lainnya. Worldview Islam - sebagai salah satu sampel - melahirkan pengembangan
‘komputer mekanikal’ Astrolabe (al-usthurlāb), karena Islam telah
menyebar dari jazirah Arab ke Timur Tengah, Asia, Afrika Utara, Eropa, perlu
Astrolabe (dan Rubu’ Mujayyab) alat astronomi yang digunakan sebagai penentu
waktu shalat, arah kiblat shalat, kompas untuk pelayaran ke seentero daerah Muslim seperti tersebut diatas.
Salah satu berhasilnya Christopher Columbus sampai ke benua Amerika adalah dari
pelaut Al-Andalus yang turut serta dalam pelayaran para pelaut Spanyol
dan Portugal dalam pengembaraannya ‘menemukan’ Benua Amerika. Tugas utama
pelaut ini sebagai navigator kapal. Mereka sebelumnya telah terlatih baik
sebagai navigator Al-Andalus.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang bertalian dengan
astrononi (ilmu falaq) memberi asupan ide kepada kaum muslimin untuk
mempelajarinya, maka penggunaan astrolabe yang lebih lebih luas lagi adalah
seperti (1) mengetahui zodiak tertentu serta skala peredarannya, (2) mengukur
ketinggian matahari, (3) mengetahui posisi planet yang tidak terlihat, 4)
mengetahui zenit matahari pada siang hari dan planet-planet pada malam hari,
(5) kompas, (6) menentukan Lintang dan Bujur suatu tempat, (7) menentukan
ketinggian suatu benda diantara dua tempat yang berbeda, (8) mengetahui posisi
bulan pada zodiak tertentu, (9) mengetahui arah Timur dan Barat. Bahkan
memberikan nama-nama ribuan bintang seperti antara lain: Aldebaran
(Al-Dabaran), Alnitak (Al-Nitaq), Betelguese (Yad al-Jauza’), Furud (Al-Furud).
Nama arah benda angkasa dari pengamat seperti Azimuth dan Nadir, dst, berasal
dari kosa kata bahasa Arab.
Meskipun dalam paradaban Islam struktur
organisasi dan bentuknya secara material berbeda-beda, namun prinsip-prinsip
dan nilai-nilai asasinya adalah satu dan permanen. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Ketaqwaan kepada Tuhan (taqwa); 2. Keyakinan kepada keesaan Tuhan (tauhid);
3. Supremasi kemanusiaan di atas segala sesuatu yang bersifat material; 4.
Pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan penjagaan dari keinginan hewani; 5.
Penghormatan terhadap keluarga; 6. Menyadari fungsinya sebagai khalifah Allah
di Bumi berdasarkan petunjuk dan perintah-Nya.
PERKEMBANGAN
PERADABAN ISLAM
R
|
asulullah Muhammad saw lah peletak dasar pembangunan peradaban
Islam. Kesuksesan Beliau saw selaku peletak dasar pembangunan peradaban Islam yang tiada
taranya dalam sejarah, dicapai dalam kurun waktu 23 tahun. 13 tahun langkah persiapan
pada periode Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madinah (Madaniyah)
membangun masyarakat. Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu
generasi, dimana beliau saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan
atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi,
Persia.
Seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave
Le Bon (1841-1931) mengatakan:
“Dalam satu abad atau tiga keturunan, tidak ada
bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis
memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat
yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak
terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul (maksudnya Muhammad
Rasullullah saw) sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru
dalam tempo satu keturunan yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang
lain”.
Masa kerasulan Muhammad saw pada akhir
periode Madinah merupakan puncak (kulminasi) dasar-dasar peletakan peradaban
Islam dan dunia, karena disitulah sistim Islam disempurnakan dan ditegakkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta antar negara. “Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agama (dīn)mu untukmu, dan telah Aku cukupkan
nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama(dīn)mu.” [QS
Al-Māidah 5:3]
Generasi masa itu merupakan generasi
terbaik sebagaimana firman Allah swt: “Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf (agent of
development), dan mencegah dari yang munkar (agent of change), dan beriman
kepada Allah”. [QS Āli ‘Imrān 3:110].
Selanjutnya tradisi pembangunan peradaban Islam
di lanjutkan pada masa Khulafa Ar-Rasyidun dan setelahnya. Pembangunan yang
dilakukan Muawiyah diantaranya mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu
dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan.
Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada
masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi
profesi tersendiri. Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Khalifah Abdul
Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah
yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659
dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Keberhasilan Khalifah Abdul Malik
diikuti puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705-715) seorang yang berkemauan
keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti
untuk orang cacat. Semua personil yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini
digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang
menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung
pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Pada lapangan perdagangan yakni pada saat
peradaban Islam telah menguasai dunia perdagangan sejak permulaan Daulat
Umayyah (661-750), dimana pesisir lautan Hindia sampai ke Lembah Sind, sehingga
terjalin kesatuan wilayah yang luas dari Timur sampai Barat yang berimplikasi
terhadap lancarnya lalu-lintas dagang di dataran antara Tiongkok dengan dunia
belahan Barat pegunungan Thian Shan melalui Jalan Sutera (Silk Road)
yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula jalur perdagangan melalui Teluk
Parsi dan Teluk Aden yang menghubungkannya dengan kota-kota dagang di sepanjang
pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung
pada kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”.
Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat
Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad
mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. Secara politis, para khalifah
betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir,
pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun begitu,
filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak
pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun
Al-Rasyid (786-809). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli ibadah;
senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama;
senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ulama. Pada
masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani
dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama
lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya
besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang
berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan
pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat
kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang
banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga
pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling
tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga
dibangun. 300 pemandian umum yang
tersebar di seluruh kota dan di dua
puluh satu pinggiran kota lainnya.
Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara
Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.
Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada
masa Harun Al-Rasyid mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun
sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga
lahir para imam mazhab hukum yang empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767); Imam
Malik (713-795); Imam Syafi'i (767-820) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855).
GERAKAN PENTERJEMAHAN BUKU
P
|
encapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu
pengetahuan tersebut tidak terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan
Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya
seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan buku yang
dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775) hingga Harun Al-Rasyid
berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang
astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah.
Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di
zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial, politik dan intelektual. Ini
berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha
dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural
sangat besar.
Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian
diikuti oleh suatu periode kreativitas besar, karena generasi baru para ilmuwan
dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian membangun dengan ilmu
pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan.
Menurut Marshall, proses pengislaman
tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari sekadar mengintegrasikan dan
memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar biasa.
Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan periode
pengembangan di bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman itu
telah melahirkan tokoh-tokoh besar di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan
seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai pusat pendidikan tempat
menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di Cordoba
(Kurtuba), Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana
pada saat yang sama telah mengungguli Eropa yang tenggelam dalam kegelapan
selama berabad-abad. Kehidupan kebudayaan dan politik baik dari kalangan orang
Islam maupun non-muslim pada zaman kekhilafahan dilakukan dalam kerangka Islam
dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan agama dan suku yang
plural.
Pada saat itu umat Islam telah berhasil
melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan peradaban yang ada pada saat
itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan
penerjemahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang
didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkembang secara pesat, mengakibatkan terjadinya lompatan
kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya
ilmiah yang luar biasa.
Menurut Oliver Leaman (lahir 1950) professor
bidang filsafat di University of Kentucky khususnya Islamic, Jewish dan
filsafat Timur, bahwa proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak
hanya menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga
mengkaji teks-teks itu, memberi komentar, memodifikasi, mengasimilasikannya
dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi
ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedokteran Yunani di adapsi
sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini
menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan Muslim sehingga dari
proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari
pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani.
Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan,
Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting
yaitu paper (kertas), compass (kompas) dan gunpowder
(mesiu). Penemuan alat cetak (moveable types) di Tiongkok pada
penghujung abad 8 dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad
15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’
History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab
tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.
PARA TOKOH ILMUAN MUSLIM
P
|
encapaian prestasi yang gemilang sebagai
implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiyah
sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan
berkaliber internasional seperti: Al-Biruni dalam fisika, kedokteran; Jabir bin
Hayyan (Geber) pada ilmu kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika
dan aljabar; Al-Kindi dalam filsafat; Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji
(Alpetragius) dalam astronomi; Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik
dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran
Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun dalam sejarah
dan sosiologi. Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu
pengetahuan.
Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat
Abbasiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya:
●Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang
kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan,
diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi
Fi ‘Ilm At Tadawi dalam 30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan
upaya penyembuhannya. Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter
di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan
antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang
menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di
tangan Ibnu Sina.
●Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom.
Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365
hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal
adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latinnya disebut De Scienta Stellerum u De
Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karya-nya masih
ada di Vatikan.
●Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan
dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan
(891), yang diterbitkan kembali oleh Belan-da dengan judul Ibn Waddih qui
dicitur al-Ya’qubi historiae.
●Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa
teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).
PARA TOKOH SAINS DAN TEKNOLOGI MUSLIM
A
|
bū al-Qāsim Khalaf ibn al-‘Abbās
az-Zahrāwī (936–1013), dikenal dengan nama
Al-Zahrawi. Dalam bahasa Latin dikenal dengan nama Abulcasis - sesuai dengan
lidah Eropa, terambil dari nama awalnya, Abū al-Qāsim. Ia adalah seorang dokter Arab Muslim
dan ahli bedah, tinggal di Spanyol Al-Andalus. Dia adalah seorang
dokter, dan ahli bedah terbesar yang telah muncul dari Dunia Islam di abad
pertengahan. Dia digambarkan sebagai “Bapak Ahli Bedah”. Disamping itu
kontribusinya yang terbesar juga dalam bentuk obat-obatan, ditulis dalam Kitab
al - Tasrif, dalam tiga puluh jilid buku - ensiklopedia yang membahas
praktek-praktek medis. Dia lah sebagai pionir dalam sumbangannya dalam bidang
prosedur bedah termasuk menciptakan instrumennya. Penemuan instrumen alat-alat
operasi ini memiliki dampak yang sangat besar di Dunia Timur dan Barat sampai
abad modern, di mana beberapa peralatan penemuannya masih dipakai dalam dunia
kedokteran sampai hari ini.
●Al-Idrisi, nama
lengkapnya Abu
Abdullah Muhammad al-Idrisi al-Qurtubi al-Hasani al-Sabti. Dikalangan orang
Eropa (Barat) dikenal dengan nama Dreses. Muhammad al-Idrisi lahir di kota Afrika Utara, di kota
semenanjung Ceuta (Sabtah), Maroko tahun 1100. Dia adalah pakar geografi,
kartografi, mesirologi, botani Dia seorang pengembara yang tinggal di istana
Raja Roger II. Al-Idrisi merupakan keturunan para penguasa Idrisiyyah di
Maroko. Ia keturunan dari Hasan bin Ali, putra Ali ra, dan cucu Nabi
Muhammad saw. Ia tumbuh dan besar di Ceuta dan menempuh pendidikan di
Cordoba, Spanyol Al-Andalus. Dan wafat tahun 1166 di (pulau) Sisilia,
sekarang bagian Italia.
Al-Idrisi juga merupakan
ahli farmakologi dan seorang dokter. Namun, minatnya yang besar pada matematika
dan astronomi menjadikannya sangat ahli di bidang navigasi. Hal ini membawanya
menjadi seorang yang sangat pakar di bidang geografi dan pembuatan peta.
●Nama lengkap Al-Jazari
(1136-1206) adalah, Abū al-’Iz Ibn Ismā’īl ibn al-Razāz al-Jazarī. Ia
dipanggil Al-Jazari. Kata ‘Al-Jazari' yang melekat pada nama lengkapnya itu
menunjukkan asalnya. Keluarga Al-Jazari berasal dari Jazirah Ibnu Umar di Diyar
Bakr, Turki. Namun, hipotesis lainnya menyebutkan bahwa Al-Jazari terlahir di
Al-Jazira, sebuah kawasan yang terletak di sebelah utara Mesopotamia,
yakni kawasan di utara Irak dan timur laut Suriah. Tepatnya antara Tigris dan
Eufrat. Ia adalah Ilmuan Enjinering
Muslim yang jenius. Juga penemu konsep Robotik Moderen. Oleh Karena itu ia
disebut juga sebagai Bapak Robotik.
Pada 1206 ia merampungkan
sebuah karya dalam bentuk buku yang berkaitan dengan dunia teknik. Beliau
mendokumentasikan lebih dari 50 karya temuannya, lengkap dengan rincian
gambar-gambarnya dalam buku, Al-Jami’ Bayn al-‘Ilm wa al-Amal al-Nafi’ fi
Sina’at al-Hiya (The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices)
- Ikhtisar dan Panduan Membuat Berbagai Mesin Mekanik. Bukunya ini berisi
tentang teori dan praktik mekanik. Karyanya ini sangat berbeda dengan karya
ilmuwan lainnya, karena dengan piawainya Al-Jazari membeberkan secara detail
hal yang terkait dengan mekanika dan merupakan kontribusi yang sangat berharga
dalam sejarah teknik, yang menerangkan tentang Mesin Pompa Air Al-Jazari.
“Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari
yang begitu penting. Dalam bukunya, ia begitu detail memaparkan instruksi untuk
mendesain, merakit, dan membuat sebuah mesin”, begitulah pendapat Donald Hill
seorang ahli teknik asal Inggris yang tertarik dengan sejarah teknologi, atas
buku karya ahli teknik Muslim yang ternama, Al-Jazari.
●Al-‘Ijlia, nama lengkapnya Mariam Al-‘Ijliya Al-Asturla-biya. Barasal dari Suriah
(Syria). Ia pembuat astrolabe. Dalam perkembangan sejarahnya Astrolabe adalah
peralatan yang digunakan untuk memprediksi posisi matahari, bulan, planet, dan
bintang-bintang. Alat mana telah digunakan dan disempurnakan selama zaman keemasan Islam.
Selanjutnya digunakan Eropa pada akhir Abad Pertengahan dan Renaissance.
Banyak tokoh-tokoh sejarah terkemuka, termasuk penulis Geoffery Chaucer dan
kemungkinan astronom kuno Claudius Ptolemy - telah menulis tentang penggunaan
astrolabe. Astrolabe terbuat dari beberapa lempengan logam berbentuk piringan -
disk yang bermacam-macam sesuai dengan penggunaan yang dimaksud, dan
juga grafik bintang untuk mengetahui konstalasi bintang di langit. Al-‘Ijliya
secara signifikan terkait dengan desain astrolabe. Meskipun Muhammad Al-Fazari
adalah Muslim pertama yang telah membantu membangun astrolabe di dunia Islam
pada abad ke-8, Al-‘Ijliya, seorang muslimah, telah menyumbangkan dengan
merancang dan mengembangkan instrumen ini.
ANGKA ARAB-BARAT MENJADI ANGKA MODEREN
P
|
ersoalannya zaman
sekarang dimana sains - ilmu pengetahuan sudah berkembang sedemikian rupa, maka
bagaimana dengan hitungan ratusan ribu, jutaan, miliaran, triliyunan dst.
Bagaimana bilangan berpangkat? Bagaimana bilangan pecahan? Tidak terbayangkan
oleh mereka ada bilangan-bilangan berpangkat, bilangan pecahan, dan seterusnya.
Dengan itu jelas sekali bahwa Angka Romawi terbatas sekali penggunaannya, terutama operasi bilangannya di zaman moderen
ini. Sama sekali tidak praktis dan tidak mampu mengakomodasi perkembangan
teknologi di masa sekarang dan masa depan juga.
Begitu orang Eropa
belajar ke Al-Andalus - sebutan orang Moor untuk menyebut Spanyol,
melihat kepraktisan dan hemat waktu dan berjangkauan jumlah besar dan mampu
mengatasi operasi matematika yang rumit, maka angka Romawi yang biasa mereka
pakai, ditinggalkan.
Kepraktisan angka Arab (angka Arab barat)
dibanding angka Romawi adalah sebagai berikut: Untuk menuliskan tahun 1734 misalnya, maka
ditulis dulu M (1000). Kemudian ditulis D (500), C (100), C lagi (100) menjadi
700. Kemudian ditulis X (10), X (10), X (10) menjadi 30. Baru setelah itu 4
dengan cara menuliskannya I (1) dan V (5) maksudnya 5 (V) dikurang 1 (I) menjadi 4. Dapat dilihat disini bahwa cara
menulis seperti itu tidak praktis, dan lagi angka hurufnya banyak. Angka Arab
hanya memerlukan 4 digit angka, sedangkan angka Romawi (angka Barat) memerlukan
9 digit huruf yaitu MDCCXXX IV.
Deretan angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 di
sekolah umum di seluruh dunia mengenal angka ini. Angka tersebut disebut angka
modern, karena telah di kenal dunia modern sampai saat ini. Angka-angka
tersebut diadopsi oleh matematikawan Muslim dari India-Hindu ketika
pemerintahan Muslim mengembangkan wilayahnya sampai India. Dan kemudian konsep
angka tersebut dikembangkannya oleh matematikawan Muslim menjadi bentuk angka seperti diatas, yang tidak lagi persis
sama dari angka asli, karena telah diberi pembenaran dari banyaknya sudut yang
ada pada angka masing-masing sesuai dengan angka tersebut, seperti angka satu
karena mempunyai sudut satu, dan seterusnya sampai angka sembilan mempunyai
sudut sembilan. Sedang angka nol tidak
mempunyai sudut. Angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 orang Eropa menyebutnya
sebagai Arabic Numerals. Arabic Numerals - angka Arab barat, atau Angka Moderen ini di
gunakan oleh penduduk Muslim bagian barat yaitu mulai dari Libya sampai
Marokko.
Angka Arab (angka Arab timur) yang di kenal
sekarang ini oleh kebanyakan kaum muslimin adalah seperti berikut ini: ٠, ١, ٢, ٣, ٤, ٥, ٦, ٧, ٨,٩
Kaum muslimin dan muslimah di seluruh dunia
sudah tidak asing lagi melihat deretan angka Arab (angka Arab timur) tersebut.
Tentu saja, sebab deretan angka tersebut digunakan untuk penomoran halaman pada
lembaran Kitab Suci Al-Qur’an yang umum dikenal ‘sebahagian besar’
negara-negara yang berpenduduk Muslim. Ini pun berasal dari India-Hindu. Sampai
saat ini angka Arab (Arab timur) ini di gunakan oleh penduduk Muslim timur
tengah, disamping Arabic numerals (angka Arab barat).
ISLAM DI SPANYOL (711-1492)
S
|
panyol terletak di benua Eropah. Sewaktu Anda melihat budaya Eropa, salah satu hal pertama yang
mungkin datang ke pikiran Anda adalah ‘renaissance’ (kelahiran baru
Eropa, to be born a new Europe). Ikhwal dari akar budaya Eropa dapat ditelusuri kembali
ke masa kejayaan seni, ilmu pengetahuan, perdagangan dan arsitektur. Tapi
apakah Anda tahu bahwa jauh sebelum renaissance ada, budaya dan
peradabannya berasal dari tempat ‘keindahan humanistik’ di Al-Andalus –
Spanyol Islam Tidak hanya yang bersifat artistik, ilmiah dan komersial, tetapi
juga diperlihatkan perilaku akhlak toleransi dalam hubungan sosial
kemasyarakatan dan keagamaan yang luar biasa. Begitu pula dalam imajinasi
kesenian dan puisi yang indah sekali. Moor, sebagai orang Spanyol Muslim,
adalah warga pen-duduk Spanyol selama hampir 700 tahun. Seperti yang akan Anda
lihat, budaya peradaban mereka telah mence-rahkan Eropa. Mereka membawa keluar
Eropa dari zaman kegelapan (dark age) dan mengantarkannya ke renaissance
Khalifah dari Kerajaan Arab, datang ke Spanyol pada pertengahan abad 7. Ia
menjadi Khalifah pertama Al-Andalus, dan memerintah sebagian besar semenanjung
Iberia. Ia juga mendirikan Dinasti Umayyah yang memerintah Al-Andalus selama
lebih dari tiga ratus tahun.
Pada awalnya, seluruh
tanah Eropa dalam keadaan miskin. Tapi dalam dua ratus tahun Al-Andalus (Spanyol Islam) berkuasa telah berubah menjadi benteng kemajuan dalam
kebudayaan, perdagangan dan keindahan. Sistem irigasi yang didatangkan dari
Suriah dan Jazirah Arab (Saudi Arabia sekarang) berubah yang tadinya Spanyol
merupakan dataran kering, menjadi penghasil pertanian yang melimpah ruah.
Zaitun dan gandum selalu tumbuh di sana. Namun orang-orang Arab Islam
menambahkan dengan buah delima, jeruk, lemon, terong, artichoke, jinten,
ketumbar, pisang, almon, ‘pams’, pacar (pewarna, henna), ‘woad’,
‘madder’, kunyit, gula tebu, kapas, beras, buah ara (figs),
anggur, persik, aprikot dan nasi.
Pada awal abad
kesembilan, Moor Spanyol Islam merupakan ‘permata’ Eropa dengan ibukotanya
Cordoba. Dibawah Pemerintahan Abdur Rahman III, sebagai Khalifah Cordoba yang
terkenal. Di bawah kepemimpinannya, datang zaman keemasan Al-Andalus. Cordoba,
Spanyol Islam merupakan pusat intelektual Eropa ketika itu.
Pada saat itu London
merupakan sebuah desa berlumpur. Rumah-rumah berupa gubuk yang kecil. Tidak ada
yang bisa dibanggakan. Lampu jalanannya redup-redup. Sementara itu di Cordova,
Spanyol Islam ada setengah juta penduduk. Tinggal di rumah-rumah yang baik
sebanyak 113 ribu rumah. Ada 700 masjid dan 300 pemandian umum yang tersebar di
seluruh kota dan di dua puluh satu pinggiran kota lainnya. Jalan-jalan beraspal
dan di terangi lampu yang menyala. Rumah-rumah memiliki balkon marmer, untuk musim
panas. Saluran udara panas di bawah lantai mosaik, untuk musim dingin. Mereka
menghiasi tamannya dengan air mancur buatan, dengan dihiasi pula di sekitarnya
pertamanan yang indah. Kertas sebagai bahan untuk menulis atau menggambar dan
lainnya masih belum diketahui di Barat, sementara itu di Spanyol Islam kertas
sebagai bahan untuk menulis dan mencetak buku di mana-mana. Ada toko-toko buku
dimana-mana dan perpustakaan lebih dari tujuh puluh banyaknya.
Penduduk berpenghasilan tinggi ditengah masyarakat yang sophiscated seperti berperadaban
tinggi, toleran terhadap agama-agama dan asal suku bangsa. Sementara itu
toleransi tidak pernah terdengar di bagian Eropa lainnya. Tapi di Spanyol Islam
Al-Andalus, ribuan orang Yahudi dan Kristen hidup dalam damai dan harmonis
bersama ‘tuan’ Muslim mereka. Masyarakat memiliki pengetahuan yang baik
disamping pengetahuan agama. Ekonomi kesejahteraan mereka tak tertandingi
selama berabad-abad. Kekhalifan mendukung adanya kepemilikan tanah pribadi dan
membolehkan orang-orang Yahudi melakukan usaha perbankan. Tidak ada paksaan
dalam beragama bagi non Muslim untuk menjadi Muslim. Sebaliknya, warganya yang
non Muslim membayar pajak tambahan (sebagai pengganti zakat).
Dalam buku
James Burke berjudul Connections, ia menjelaskan bagaimana Muslim
Spanyol mengeluarkan bangsa Eropa dari Abad Kegelapan (Dark Ages)
menjadi tercerahkan. Jasa pemerintahan Muslim Spanyol Al-Andalus telah begitu
banyak untuk membangunkan kebangkitan intelek-tual dan keilmuan bangsa Eropa.
Ketika jatuhnya Toledo - salah satu daerah di Spanyol Al-Andalus ke tangan
Kristen, pada tahun 1105, di Toledo orang Arab Muslim memiliki perpustakaan
besar, buku-bukunya dijarah. Buku-buku mana terdiri dari dari buku-buku karya
orang-orang Yunani dan Romawi yang telah diterjemahkan ke bahasa Arab dan
buku-buku karya Arab Muslim dalam bidang filsafat, matematika dan lainnya.
Kemudian setelah Andalusia di perintah kembali oleh Spanyol, perpustakaan dibuka dengan mengisi
kembali buku-buku lama dan buku-buku karya Arab Muslim membuat orang Kristen
Eropa terhuyung-huyung setelah membacanya, karena kagum sangat akan nilai isi
buku tersebut, yang tadinya tidak disangka seperti itu” - isinya luar biasa.
Kemajuan yang dilakukan dalam pemerintahan Islam
Al-Andalus seperti Cordoba di
abad tengah adalah: Setengah juta penduduk, tinggal di rumah-rumah yang baik
sebanyak 113 ribu rumah. Ada 700 masjid dan 300 pemandian umum yang tersebar di
seluruh kota dan di 21 pinggiran kota
lainnya. Jalan-jalan beraspalbatu yang diterangi lampu. Rumah-rumah memiliki
balkon marmer, untuk musim panas. Saluran udara panas di bawah lantai mosaik, untuk musim
dingin. Mereka menghiasi tamannya dengan air mancur buatan. Dihiasi pula di
sekitarnya pertamanan yang indah. Kertas sebagai bahan untuk menulis atau
membuat buku cukup banyak. Toko-toko buku berada dimana-mana. Perpustakaan
lebih dari 70 banyaknya. Penduduk berpenghasilan tinggi di tengah masyarakat yang sophisticated (berperadaban
tinggi), toleran terhadap agama-agama dan asal suku bangsa. Sementara itu
toleransi tidak pernah terdengar di bagian Eropa lainnya. Tapi di Spanyol Islam
Al-Andalus, ribuan orang Yahudi dan Kristen hidup dalam damai dan
harmoni bersama ‘tuan’ Muslim mereka. Masyarakat memiliki pengetahuan yang baik
disamping pengetahuan agama. Ekonomi atau kesejahteraan mereka tak tertandingi
selama berabad-abad. Memang dari worldview Islam mempunyai kekuatan
dahsyat berupa double impact yaitu mendapat kebaikan hidup di Dunia dan
kebaikan hidup di Akhirat. Di Akhirat mendapat surga karena beriman dan
melakukan kebajikan di Dunia.
PENGARUH PERADABAN ISLAM TERHADAP PERADABAN EROPA
K
|
elanggengan peradaban terlihat dari
sumbangan-sumbangan yang diberikannnya kepada sejarah manusia dalam bidang
pemikiran, ilmu, dan akhlak yang mulia. Ketika kita telah mengetahui peran dan
sumbangan peradaban Islam dalam sejarah kemajuan manusia, maka kita dapat
melakukan pencarian dan penelitian terhadap pengaruh-pengaruh tersebut dalam
peradaban Eropa yang sampai kepada kita. Karena hasil-hasil peradaban Eropa
dipengaruhi oleh peradaban Islam yang telah mendahuluinya. Hal ini tidaklah
aneh, karena sejarah Eropa modern merupakan kelanjutan yang alami dari sejarah
kegemilangan oeradaban Islam yang antara keduanya tidak ada pemisahnya.
Tentang hubungan peradaban Islam dengan Barat
yang Eropa dan Kristen selama abad pertengahan yang saat itu Eropa dalam masa
kegelapannya melalui tiga jalur utama yaitu: Andalusia (Spanyol Islam), Sisilia
(pulau atau kepulauan yang terletak disebelah selatan semenanjung Itali, dan
Perang Salib.
Andalusia
merupakan jembatan utama peradaban Islam dan pintu penting untuk proses
transfer peradaban Islam ke Eropa. Yaitu, mencakup bidang ilmiah, pemikiran,
sosial dan lain sebagainya. Andalusi yang menjadi bagian dari Eropa telah
menjadi mimbar peradaban selama 8 abad (711-1492) karena keberadaan Muslimin
di sana.
Begitu kaum muslimin menetap di Andalusia mereka
memusatkan perhatian di bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Mereka
melakukan loncatan-loncatan besar dalam segala bidang ilmu. Hal inilah yang
menyebabkan bangsa Eropa memiliki sumber pencerahan yang terus menerus sejak
akhir abad sebelas hingga kebangkitan Itali pada abad 15.
Gustave Le Bon mengatakan, “Begitu orang-orang
Arab (Muslim) berhasil menaklukkan Spanyol, mereka mulai menegakkan risalah
peradaban disana. Maka dalam waktu kurang dari 1 abad mereka mampu menghidupkan
tanah yang mati, membangun kota-kota yang runtuh, mendirikan bangunan-bangunan
megah, dan menjalin hubungan perdagangan yang kuat dengan negara-negara lain.
Kemudian mereka memberikan perhatian yang besar untuk mempelajari ilmu
pengetahuan dan sastra, menerjemahkan buku-buku Yunani dan Latin, dan
mendirikan universitas-universitas yang menjadi satu-satunya sumber ilmu
pengtahuan dan peradan di Eropa dalam waktu yang lama [ The Arab Civilization, Gustave Le Bone, halaman 273].
Politik Islam yang toleran berpengaruh terhadap
kejiwaan ahli dzimmah (non Muslim yang berada dibawah kekuasaan negara Islam)
dari kelompok Yahudi dan Nasrani. Oleh sebab itulah orang-orang Spanyol
mempelajari bahasa Arab dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Bahkan mereka mengutamakannya daripada bahasa Latin. Disamping itu banyak
orang-orang Yahudi yang belajar kepada guru-guru mereka yang berbangsa Arab.
Sisilia juga
merupakan jembatan terpenting peradaban Islam menuju Eropa. Selain Sisilia juga
Italia bagian selatan. Kaum Muslimin menaklukkan Panormus ibukota Sisilia tahun
831. Mereka menguasai hingga tahun 1092 yaitu selama lk 260 tahun. Kehidupan di
Sisilia telah diwarnai dengan warna Arab-Islam. Selama berada di sini, kaum
Muslimin melakukan pembangunan dan menampakkan tanda-tanda adanya peradaban di
sana, seperti, masjid, istana, pemandian umum, rumah sakit, pasar dan benteng.
Bermacam-macam industri penting tumbuh di sana
seperti industri kertas, sutera, dan pertambangan. Ilmu pengetahuan dan
bermacam-macam seni mengalami kemajuan pesat. Para pencari ilmu dari Eropa
datang ke sana. Dengan itu, negeri Sisilia berubah menjadi pusat penting di
antara pusat-pusat perpindahan warisan Islam ke Barat. Gerakan penerjemahan
dari buku-buku Arab ke bahasa Latin juga dilakukan di sana sehingga menyerupai
gerakan penerjemahan yang ada di Andalusia.
Perang
Salib berlangsung selama lk 2 abad, mulai dari abad
11 (1097) hingga jatuhnya benteng terakhir pasukan Salib di tangan pasukan Mamalik
(disebut juga Mamluk) tahun 1291 dalam Perang Salib besar yang terakhir di Tanah Suci (Palestina) pada abad
pertengahan. Dimana kubu-kubu
pertahanan tentara Salib terakhir yang masih tersisa di sepanjang pesisir
Mediterania telah dikalahkan oleh tentara Mamluk yang berpusat di Mesir.
Masa peperangan tersebut merupakan bagian dari titik persinggungan terpenting antara Eropa dan Islam. Walaupun Pasukan Salib datang ke Timur-Islam untuk perang, bukan mencari ilmu, namun mereka terpengaruh dengan kemajuan-kemajuan peradaban kaum Muslimin yang mereka lihat sendiri. Antara lain dari sinilah mulai adanya transfer kemajuan-kemajuan Islam ke Eropa yang pada saat itu masih terbelakang.
Masa peperangan tersebut merupakan bagian dari titik persinggungan terpenting antara Eropa dan Islam. Walaupun Pasukan Salib datang ke Timur-Islam untuk perang, bukan mencari ilmu, namun mereka terpengaruh dengan kemajuan-kemajuan peradaban kaum Muslimin yang mereka lihat sendiri. Antara lain dari sinilah mulai adanya transfer kemajuan-kemajuan Islam ke Eropa yang pada saat itu masih terbelakang.
Gustave Le Bon mengatakan:
“Hubungan
antara Barat dengan Timur selama 2 abad merupakan salah satu factor terpenting
atas pertumbuhan peradaban di Eropa. Jika seorang ingin mengtahui pengaruh
Timur terhadap Barat, maka harus mengetahui peradaban 2 blok tertsebut.
Timur-Islam memiliki peradaban yang maju disebabkan peran bangsa Arab. Adapun
Barat tenggelam dalam kebiadaban”. [The Arab Civilization, Gustave Le Bon,
halaman 334].
PENUTUP
D
|
emikianlah bedah buku Sumbangan Peradaban Islam
Pada Dunia yang pada abad tengah memerintah Al-Andalus atau disebut juga
Andalusia, yang berlokasi di semenanjung Iberia. Semenenjung ini kini
diperintah oleh negara Spanyol dan negara Portugal.
Al-Andalus memerintah selama tujuh ratus tahun
lebih, sempat membangun peradaban yang canggih ketika itu, mengatasi peradaban
negara-negara yang berada di Eropa sebelah utara dan timur. Semenanjung mana
terletak di bagian selatan yang disebut Benua Eropa.
Setelah banyak belajar dari Peradaban Islam,
kini Peradaban Barat telah sangat maju dan mendunia, dimana pengaruh Barat ke
dunia lain sangat besar, berkat ilmu dan teknologinya yang canggih.
Ada baiknya dibaca pula blog ini yang boleh
disebut sebagai kelanjutan dari pembahasan topik diatas, yaitu, (klik--->)Membangun Kembali Peradaban Islam. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM.
Catatan
Kaki:
[1] Dari Abu Hurairah, Rasulullah
bersabda: “Telah diadzab seorang perempuan lantaran seekor kucing. Ia tidak memberi
makan, minum, tidak membiarkannya untuk makan dari serangga-serangga tanah.” [HR
Al-Bukhari]
[2] Dari Abu Hurairah, dari Nabi, bahwa
seorang lelaki melihat anjing memakan tanah lantaran kehausan. Lantas lelaki
tersebut mengambil sepatunya, lalu memenuhi sepatu tersebut dengan air, lalu
meminumkannya kepada anjing. Allah berterima kasih kepadanya dan memasukkannya
ke dalam surga. [HR Al-Bukhari]
[3] Dari Abu Hurairah, dari Nabi
bersabda: “Ketika seekor anjing mengelilinginya yang hampir mati diserang
kehausan, ketika itu dilihat oleh seorang pelacur dari kalangan bani Israil. Ia
melepas sepatunya, dan mengisinya dengan air. Lalu Dia ampuni dosanya lantaran
perbuatan tersebut. [HR Al-Bukhari].
LAMPIRAN:
BIODATA DAN PROFIL DR. RAGHIB AL-SIRJANI
Dr. Raghib Al-Sirjani lahir pada tahun
1964, di Provinsi Gharbiyyah, Mesir. Ia lulus dari Fakultas Kedokteran
Universitas Kairo dengan predikat Summa Cumlaude tahun 1988. Kemudian
meraih Master di Universitas yang sama tahun 1992.
Disertasi doktoral terkait Operasi
Urologi dan Ginjal beliau tulis dibawah bimbingan gabungan antara kedokteran
Mesir dan Amerika, dan menyelesaikannya dengan istimewa pada tahun 1998. Untuk
Al-Quran, beliau menamatkan hafalannnya pada tahun 1991.
Pada saat ini, ia merupakan seorang
asisten profesor uro-surgery di Fakultas Kedokteran Universitas
Kairo. Di Mesir, ia menjadi Ketua Administrator Hadara Centre untuk Studi Ilmu
Sejarah di Kairo. Selain itu, ia juga merupakan tokoh sejarawan umat Islam saat
ini. Raghib merupakan pemilik dan sekaligus mengetuai Situs Islamstory.com.
Situs besar ini ia persembahkan untuk mempelajari sejarah umat Islam masa lalu
hingga masa kini. Profesor Raghib telah membuat banyak kitab yang berkisar
tentang sejarah umat Islam, dan sampai saat ini jumlahnya mencapai 56 kitab.
Kitab-kitabnya banyak diminati masyarakat Islam di Indonesia. Karya tulisnya yang
berjudul Maa dzā Qaddamal Muslimūna lil 'Alam (Apa yang Kaum Muslimin
Kontribusikan Kepada Dunia, dalam
buku terjemahan bahasa Indonesia berjudul “Sumbangan Peradaban Islam Pada
Dunia”) dianugerahi Nobel Mubarak oleh Husni Mubarak, mantan presiden
Mesir, pada 26 Ramadhan 1430 Hijriah, atau 16 September 2009. Buku yang terdiri
dari dua jilid setebal 862 halaman itu ia persembahkan kepada Kementerian Waqaf
Mesir. Salah satu karyanya yang lain, Misteri Salat Subuh,
mendapat sambutan positif di Indonesia.
Penelitian beliau yang dalam dan
menyeluruh terhadap sejarah keislaman di bangun atas sebuah proyek pemikiran, "Kaifa
Nabni Ummah?" - Bagaimana Kita Membangun Umat? Hal ini untuk
mewujudkan beberapa tujuan: 1) Menyimpulkan faktor-faktor kebangkitan dan
menerapkannya untuk membangun kembali umat Islam. 2) Membangkitkan harapan
dalam jiwa setiap umat Islam, mendorong umat untuk menggali ilmu bermanfaat dan
bergerak untuk mencapai tujuan. 3) Pemurnian sejarah Islam dan menonjolkan sisi
peradabannya.
Selama lebih dari 20 tahun hingga saat
ini, Dr. Raghib telah memberikan banyak kontribusi dalam membangun umat Islam,
baik melalui dakwah, narasumber dalam berbagai seminar, penulis produktif
berupa buku, makalah, dan analisa, dan tampil di beberapa chanel TV Arab
terkemuka.
Pada tahun 2007, Pusat Kajian
Internasional Mengenal Nabi Sang Penyayang memberikan pernghargaan kepada Dr.
Raghib Al-Sirjani sebagai peraih juara pertama yang mempu memperkenalkan nabi
sang penyayang secara baik melalui karya-karyanya, khususnya melalui buku
berjudul Al-Rahmah fî Hayâti Al-Rasûl. Buku ini telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan judul "Inilah Rasul Sang Penyayang".
Dr. Raghib telah menulis banyak buku
dan penelitian di bidang sejarah dan pemikiran keislaman, di antaranya:
Sejarah Perang Salib
Antara Sejarah dan Realita (3 jilid)
Sejarah Ilmu Kedokteran dalam Peradaban
Islam
Palestina dan Kewajiban Umat Islam
Ilmu dan Membangun Umat
Sejarah Tatar dari Awal hingga Ain
Jalut
Anda dan Palestina
Siapa yang Membeli Surga?
Kita Bukan di Zaman Abrahah
Misteri di Balik Shalat Subuh
Bagaimana Anda Menghafal Al-Quran?
Umat yang Tidak Akan Pernah Mati
Jika Kalian Tidak Menolongnya?
Spiritual Reading
Pemuda Peka Zaman
Palestina Tidak Akan Hilang…Bagaimana?
Penyiksaan di Penjara Kebebasan
Ramadan dan Membangun Umat
Haji Tidak Hanya untuk Para Haji
Boikot
Buku Inilah Rasul Sang Penyayang
Dr. Raghib Al-Sirjani telah
mempersembahkan ratusan kaset dan CD keislaman, di antara kumpulan kasetnya
adalah:
Andalusia, dari Pembebasan hingga
Runtuh (12 Bagian)
Palestina Hingga Tidak Menjadi
Andalusia Kedua (12 Bagian)
Abu Bakar Al-Shiddiq ra - Seorang Sahabat
dan Khalifah (6 Bagian)
Di Bawah Naungan Sejarah Nabi - Periode
Makkah dan Madinah (46 Bagian)
Sejarah Tatar - Sejak Awal Hingga Ain
Jalut (12 Bagian)
Jadilah Seorang Sahabat (12 Bagian)
Bagaimana Menjadi Orang yang Berilmu?
(10 Bagian)
Buku-buku beliau telah diterjemahkan
dalam beberapa bahasa dunia. Untuk buku terjemahan berbahasa Indonesia, banyak
diterbitkan oleh PT Aqwam Media Profetika, dengan lisensi langsung dari
penulis. Di antara buku-buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
seperti, Kaifa Tuhâfiz ‘Alâ Shalâtil Fajr (Misteri di Balik Shalat
Subuh), Qirâah Manhajul Hayâh (Spiritual Reading), Al-Rahmah fî
Hayâti Al-Rasûl (Inilah Rasul Sang Penyayang), Risâlah ilâ Syabâbil
Ummah (Pemuda Peka Zaman), dan lainnya.
Sebagai seorang dai umat Islam, ia
punya kepedulian yang tinggi terhadap kemerdekaan Palestina. Banyak mengikuti
seminar, dan banyak berkontribusi dalam pengembangan umat Islam. Profesor
Raghib mengisi dua materi tentang Palestina di dua channel TV, Channel
Al-Quds dengan materi bersambung Fathu Falasthin (Pembebasan
Palestina) tiap hari Jum'at. Di Channel Ar-Risalah
di Khatthuzzaman; Qisshah Falasthin (Garis Masa: Pembebasan Palestina)
di hari Senin, dan diulang di hari Selasa dan Sabtu.
Hingga saat ini kontribusi segar Dr.
Raghib Al-Sirjani untuk dunia Islam masih bisa dinikmati oleh setiap umat Islam
di seluruh dunia, khususnya melalui situs www.islamstory.com, TV Al-Risalah,
dan TV Al-Quds. □